Mohon tunggu...
Muhamad Nabil
Muhamad Nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nabil MH

Menulis apa yang ingin ditulis, lalu disebar semoga menjadi manfaat untuk sekitar. Menulis adalah menyerang, Membaca adalah melawan. #SalamLiterasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemanfaatan Situasi Pandemi untuk Menopang Bonus Demografi di Tahun 2030

23 Oktober 2020   19:01 Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan pemanfaatan sumber daya manusia di kemudian hari dalam ranah bonus demografi, bisa dimulai dengan skala jangka pendek dari masifnya kerja sama multilateral dengan bangsa lain dalam ranah ketahanan pangan, mengingat Indonesia dijuluki sebagai negara agraria dan maritim karena memiliki banyak kekayaan dari dua sektor tersebut. Seharusnya Indonesia melihat peluang ini sebagai momentum untuk saatnya menguasai pangan dunia dengan tidak lagi impor pangan dari luar dan memasifkan ekspor pangan ke luar. terlebih dalam masa situasu transisi "The New Normal" di tengah pandemic Covid-19 yang sifatnya masih fluktuatif di cakupan wilayah seluruh dunia.

Disisi lain, parlemen sebagai salah satu stakeholder di Indonesia harus mendukung dengan merancang,merumuskan,megkaji dan membuat regulasi yang bisa membuat kebijakan multilateral yang berdampak baik kepada lapisan masyarakat. Karena pada hakikatnya parlemen harus hadir langsung dan "menghirup keringat" rakyat agar bisa mengetahui secara mata terbuka kondisi di lapangan masyarakat di tengah pandemic corona ini.

Dampak dari adanya restorasi ditengah pesimisme multilarelisme ditengah pandemic ini bisa mengembalikan harapan dan akan muncul kerja sama antarnegara yang efektif,efisien dan berkeadilan yang sangat diharapkan oleh semua elemen . di era baru atau adaptasi kebiasaan baru dalam konteks global, peningkatan kerja sama juga bisa menjadi penggerak bagi stabilitas dan perdamain.

Selain itu penekanan perlunya kerja sama di tengah wabah ini yang lebih kuat adalah untuk mengatasi dan melawan pandemi. Kemauan politik global yang menegaskan kembali mendukung atas kerja sama multilateral dan peran sentral organisasi internasional di bawah UN system termasuk WHO dalam menanggulangi pandemi menjadi salah satu poin penting.

Tidak dipungkiri Covid-19 ini merupakan krisis kesehatan yang lambat laun akan bermanifestasi kepada sektor lainnya seperti krisis ekonomi dan krisis sosial.

Dan tujuan Indonesia untuk terus menjaga perdamaian dan keamanan global sebagai bentuk kontribusi pada agenda pembangunan global untuk mencapai keberhasilan dan tujuan tersebut kita semua harus mempraktikan kebiasaan berdialog,inklusivitas, dan penyelesaian konlik secara damai serta tidak menggunakan cara kekerasan. Serta Indonesia juga harus mengawal resolusi konflik damai di wilayah lain, seperti yang terjadi di Myanmar. Serta harus berkomitmen mendukung pemulangan pengungsi Rohingnya dan memastikan pengembalian para pengungsi dalam kondisi aman dan selamat. Dengan begitu tujuan untuk merestorasi semangat multilateralisme dalam konteks mengatasi pandemi dari berbagai aspek kehidupan akan tercapai.

Sudah tak lazim lagi di telinga kita bahwasanya indonesia menjadi negara pengekspor dan selalu berada di top 3 Asia baik itu dari segi pertanian maupun perkebunan. Regenasi petani dibutuhkan saat ini,karena indonesia akan krisis pangan bila tidak adanya penerus bangsa yang mengolah kekayaan alam yang kita miliki. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2013 terdapat 26.135.469 rumah tangga petani yang terdata dan mengalami penurunan dari tahun 2003 sebanyak 5 juta rumah tangga petani.

Hasil survey LIPI hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani. Sekitar 4% pemuda usia 15-35 tahun berminat menjadi petani. Sisanya, sebagian besar tergiring industrialisasi. Lebih rumit lagi, dari jumlah petani yang ada, sekitar 65% sudah berusia diatas 45 tahun. Regenerasi petani muda di desa pun sangat lambat karena faktor urbanisasi, tertanamnya pemikiran bahwa petani berpenghasilan rendah, terbatasnya akses lahan, tingginya rasa gengsi, dan kurangnya pemahaman mengenai dunia pertanian.

Dan kini saatnya pemuda bangsa memiliki mindset untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui edukasi pertanian berbasis Agrisociopreneur karena dengan adanya bonus demografi yang akan datang pada tahun 2030 ini kita bukan hanya membuat garda pendidikan saja tetapi sektor lainpun perlu diperhatikan dan harapannya masyarakat yang dapat memotivasi generasi muda khususnya terhadap prospek bisnis pertanian serta menghasilkan rancangan desa wisata edukasi pertanian desa menjadi bersahaja dengan generasi yang jaya melalui program unggulan untuk mempertahankan pangan dimana inovasi yang timbul akan membantu meningkatkan kerjasama multilateral dan indonesia akan menjadi negara yang maju.

Dengan kesimpulan Indonesia dimasa yang akan datang akan tetap digdaya dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia yang dimilikinya, selaras dengan pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial" serta berperan dalam Agenda politik global guna menjaga keharmonisan kerja sama multilateral yang apabila dijaga dengan baik maka akan mendatangakn hal-hal baik juga yang nantinya akan berdampak kepada seluruh lapisan masyarakat dengan sinergisitas antara parlemen dan rakyatnya.

Semoga kehidupan yang harmonis ini bisa kita jaga dengan baik tanpa hadirnya konflik yang berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun