Mohon tunggu...
Moch Arif Budiman
Moch Arif Budiman Mohon Tunggu... -

Melanjutkan studi di International Islamic University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekening Amal

9 Oktober 2010   03:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:35 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dimuat di sini.

KabarIndonesia - Semua perbutan baik dan buruk, sekecil apapun bentuknya, pasti akan dicatat, dihitung, dan diberi balasan oleh Allah. "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya" (Az-Zilzal: 7-8). Tidak ada yang tertinggal ataupun tercecer, semua pasti akan dikembalikan kepada pelakunya dalam bentuk nikmat dan/atau siksa.

Allah tidak akan salah memberikan ganjaran ataupun menimpakan hukuman. Pertanyaannya, apakah kita baru akan mendapatkan keuntungan atau kerugian dari semua perbuatan setelah kita meninggal? Nanti dan di akhirat sana? Jawabannya ternyata tidak. Kita dapat memperolehnya di dunia ini dan kini.

Mari berdiskusi tentang hal ini dengan rekening tabungan sebagai ilustrasi. Seseorang menabung biasanya karena sejumlah pertimbangan, antara lain untuk menyimpan dan mengamankan kelebihan likuiditas, mengantisipasi kebutuhan masa depan, dan sebagai sarana investasi. Dengan menabung, orang akan merasa lebih tenang dan terjamin kehidupannya. Dengan tabungan pula, ia mempunyai kesempatan membantu orang lain yang kesusahan. Hanya saja, orang harus punya uang terlebih dahulu untuk bisa memupuk tabungannya. Tidak ada uang tentu tidak akan ada tabungan. Tetapi tidak demikian halnya dengan tabungan amal.

Semua perbuatan manusia pada hakikatnya adalah tabungannya. Karena tabungan, maka ia dapat terus dipupuk ataupun diambil ketika perlu. Bahkan, tabungan itu bisa bertambah dengan sendirinya, cepat atau lambat. Dengan melakukan satu perbuatan yang berkategori amal jariyah, kita bisa memperoleh pahala berlipat-lipat tanpa putus hingga hari kiamat sebab kita memang tidak sedang bertransaksi dengan bank atau manusia, melainkan dengan Sang Maha Pemurah, yang memiliki stok cadangan karunia tak berbatas.

Jika menabung di bank, kita harus siap menghadapi aneka risiko kerugian, baik karena inflasi yang mendegradasikan nilai mata uang kita maupun karena bank yang mengelolanya kolaps dan akhirnya dilikuidasi. Tetapi dengan tabungan amal, nilai tabungan kita terus terapresiasi dan tak akan hilang bahkan hingga hari akhirat, kecuali kita sendiri yang merusaknya, dengan riya misalnya.

Menolong orang yang menghadapi kesulitan adalah tabungan dan investasi yang sangat prospektif bagi seseorang. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya" (HR. Muslim).

Apabila kita ingin ditolong Allah, maka syaratnya adalah menolong orang lain. Disini kita dianjurkan menabung dulu, baru dapat mengambilnya di kala memerlukan. Tabungan itu tak ubahnya seperti jaminan (collateral) untuk bernegosiasi dan meyakinkan Allah agar Dia berkenan membantu kita. Inilah yang dilakukan oleh tiga orang musafir yang terperangkap di dalam sebuah gua yang diceritakan dalam salah satu hadits.

Mereka kemudian "menagih" janji pertolongan Allah dengan modal tabungan amal unggulan yang telah mereka tabung sebelumnya sehingga Allah pun akhirnya berkenan menolong mereka. Inilah kiranya yang menyebabkan mengapa doa orang yang alim lebih dikabulkan oleh Allah daripada orang yang awam karena orang alim memiliki banyak tabungan amal sehingga mempunyai "daya tawar" (bargaining position) yang lebih tinggi di hadapan Allah.

Jenis tabungan amal yang memiliki nilai nominal besar di sisi Allah adalah melakukan amal yang memiliki efek sosial yang luas. Memberi makan fakir miskin, menyantuni fakir anak yatim, membebaskan hutang, membuka lapangan pekerjaan, menghilangkan rintangan di jalan, adalah di antara amal sosial yang sangat dicintai Allah. Sedangkan amal yang bersifat pribadi nilainya relatif kecil karena hanya untuk diri sendiri.

Terkadang ada orang yang gemar beribadah, namun sangat berat ketika diminta menolong orang lain, sebaliknya ada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja, namun kepekaan sosialnya tinggi. Di mata Allah orang kedua ini kedudukannya jauh lebih mulia dibandingkan yang pertama. "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) yang lalai dalam shalatnya, yang berbuat riya, lagi enggan (menolong dengan) barang yang berguna (Al-Ma'un: 1-7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun