Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Rakyat Indonesia Tidak Butuh ISL atau IPL

11 Januari 2012   04:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:03 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Konflik PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) hingga detik ini belum selesai. Konflik demi konflik terus berkembang dan membuncah laiknya air bah yang tak bisa terbendung.


Beberapa waktu lalu, ketika PSSI masih di bawah Nurdin Khalid konflik intern tak dapat diselesaikan. Publik ketika itu membayangkan, PSSI akan bisa seperti perjaka yang ganteng, sehat, macho dan bijak  ketika lepas dari pelukan NUrdin yang sudah bertahun-tahun terus memegangnya.

Setelah lepas dari tangan Nurdin Khalid pun rupanya dera PSSI belum juga usai. Kisruh kembali terjadi ketika proses pemilihan, hingga Agum Gumelar waktu itu menutup ajang pemilihan itu dengan hasil yang nihil.

Seharusnya dari proses itu para punggawa sepak bola Indonesia malu. Bukan saja mereka secara pribadi malu karena tidak bisa menyelesaikan kisruh, namun harus malu karena bangsa Indonesia yang bersila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, ternyata tidak mampu menyelesaikan maslah yang tengah dirundungnya.

Kita semua paham betul, orang-orang yang berkiprah di PSSI bukan orang sembarangan. Kebanyakan mereka adalah mantan-mantan juara yang tentu memiliki kompetensi di bidang sepak bola. Namun sekali lagi mereka kurang mampu menyeselaikan masalah demi masalah.

Motto "fair play" yang selalu dikumandangkan oleh PSSI juga dengan mudah diremehtemehkan oleh mereka. Sehingga PSSI hanyalah ibarat gedung kesenian yang berisi pentas-pentas seni yang lucu dan menggelikan. Mereka sering berperan laiknya bukan seorang atlit yang menjunjung keadilan dan kerjasama. Namun mereka cenderung sebagai politikus yang haus kekuasaan dan pengaruh.


Sayang seribu sayang....

Pun PSSI hanyalah tempatnya kaum seniman "katrolan" yang dengan upaya mereka terus berusaha untuk duduk dipanggung itu dengan tidak merasa bersalah. Sekarang mungkin kita semakin jelas mengetahui kualitas-kualitas mereka dalam memimpin PSSI. Mereka sekali lagi lebih berperan sebagai seniman dari pada atlit. Mereka juga lebih senang memilih peran terutama peran yang menguntungkan.

Tengok saja, dulu PSSI mengelu-elukan team ISL sebagai kompetisi resmi di Indonesia. Sehingga keberadaan IPL hanya sebagai guyonan dan candaan. Dunia persepakbolaan sungguh berbalik saat ini. PSSI sudah positif serong hingga mengelu-elukan "musuh" yang diciptakannya sendiri. Dulu "partner" yang disayang, kini hanya sebagi "musuh" yang mengganggu perhelatan/ pesta yang sedang berlangsung.

Pernahkan kita berpikir, mengapa menjadi PSSI kekanak-kanakan seperti itu? PSSI dan tentu pengurusnya, ibarat anak PAUD yang lebih menyukai hadiah yang besar dari pada harus memegang komitmen dan "fair play". PSSI lebih suka wajah-wajah yang bening-bening, sehingga wajah-wajah yang tidak menguntungkan akan dengan mudah dihempaskan.

Mengapa PSSI tidak berperan sebagai orang tua yang bijak, yang mengakomodir semua aspirasi positif yang ada dalam masyarakat. Mengapa pula PSSI justu lebih suka berpikir negatif untuk berpilih kasih, sehingga kisruh internal itu tak pernah selesai? Adakah yang salah di negeri ini? Atau haruskan kepengurusan PSSI harus ditutup melalui program outsourcing sehingga mendapatkan pengurus yang benar-benar netral karena profesionalitas?

Saya yakin rakyat Indonesia tidak perlu tahu itu ISL atau IPL. ISL atau IPL itu hanya rumah-rumah kecil yang harus diakomodir untuk pembangunan keolahragaan Indonesia yang lebih baik, terutama persepakbolaan. Kami tak perlu tahu dan tak mau tahu di mana pemain-pemain terbaik Indonesia seperti Andik Firmansyah dan kawan-kawan. Yang kami tahu hanyalah bahwa mereka putra-putra terbaik negeri ini yang berjuang untuk keharuman negeri ini pula....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun