Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti "Perceraian" Ibas atau Aliya

25 November 2011   06:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Rajasa baru saja digelar  di Istana Cipanas, Jawa Barat kemarin (24/11/2011). Banyak kalangan yang telah mengomentari pernikahan indah itu dengan persepsi masing-masing. Dan mungkin seluruh rakyat, tidak memandang pekerjaannya, dipastikan memiliki pendapat masing-masing tentang pernikahan tersebut.

Ada yang menyorot bahwa pernikahan itu sebagai pernikahan politik, ada juga yang menyatakan bahwa pernikahan itu sebagai poros untuk mendeklarasikan dinasti, dan masih banyak lagi komentar-komentar yang menggema.

Komentar itu wajar-wajar saja, dan mereka yang dikomentari pun mungkin tidak akan terpengaruh oleh berbagai komentar itu, baik yang positif atau negatif. Dan mereka juga tidak bisa menutup telinga akan hal itu, karena mereka adalah berada pada lingkar kekuasaan. Sudah menjadi konsekuensi, apapun yang terjadi pasti akan disorot oleh banyak mata dari arah manapun.

Kemudian kenapa kok, pernikahan yang baru dilaksanakan harus "bercerai"? Bukankah mereka saling mencinta dan saling berbahagia akan pernikahan itu?

Kita semua tahu dan paham beberapa tradisi dalam perpolitikan dimanapun. Tidak sedikit dari mereka yang menganut politik "trah". Entahlah apa namanya, atau mungkin politik "dinasti", tetapi data empiris menunjukkan bahwa keluarga besar seorang petinggi partai akan beremosi untuk mendukung partai "bapaknya".

Lihat saja, yang berada di depan mata kita. Misalnya, putranya pendiri PAN, Amin Rais tidak ada yang mendukung partai lain. Kalau pun tidak mengikuti jejaknya dia akan netral dan lebih fokus menjadi profesional. Lihat pula Ibas, dia tidak pernah ikut partai lain kecuali partai bapaknya. Juga Puan Maharani, dia tidak mungkin masuk partai lain. Ini berarti teori "politik trah" itu mendekati kebenaran. Dan bila pembaca budiman seorang peneliti, coba temukan ada tidak anak politikus yang membelot dari partai orang tuanya.

Ibas adalah kader terbaik dari Partai Demokrat. Dia juga telah berhasil menduduki sebagai salah satu anggota DPR dan juga sebagai Sekretaris Partai. Dan saya yakin Ibas tidak akan melirik partai lain, termasuk PAN yang dipimpin oleh mertuanya.

Demikian juga Aliya. Data yang menunjukkan kecenderungan politik Aliya juga belum dapat ditemukan. Namun kembali ke teori sederhana tersebut, kita yakin secara emosional Aliya ketika belum menjadi istri Ibas lebih cenderung ke partai bapaknya, walaupun secara administratif belum tercatat menjadi anggota PAN.

Tentu posisi Aliya sangat membingungkan. Di lain sisi dia harus menaruh empati dan simpati kepada ayahandanya, namun disisi lain, secara psikologis keluarga barunya dia harus setia menemani sang suami, Ibas dalam berpolitik.

Jalan yang mungkin bisa ditempuh adalah "perceraian" secara baik. Terserahlah, Ibas bercerai dari Demokrat, atau Aliya, yang secara emosional juga harus "bercerai" dari keluarga PAN. Andai saja Ibas bercerai dari Demokrat, itu kecil kemungkinannya. Demokrat tidak akan melepas Ibas untuk mencangkul di sawah PAN.

Dalam kultur Islam, seorang istri harus mentaati perintah baik sang suami. Hal ini mungkin akan berlaku juga bagi Aliya yang secara kultur Islam akan berpihak pada suaminya dari pada keluarga besar PANnya. Dan itu harus memposisikannya sebagai orang yang harus berpisah dengan keluarga PAN, kemudian berdekatan dengan Ibas. Sehingga secara emosional psikologis dapat dipastikan kalau Aliya akan mendukung langkah Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun