Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Membayangkan Jakarta Menjadi Kota Besi

3 September 2012   02:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346639226363752596

Sumber Foto: www.tempo.co

Jakarta adalah fenomenal. Bagaimana tidak, selain sebagai ibu kota Negara, Jakarta nampaknya menjadi tempat favorit untuk menghidupkan api kompor bagi sebagian orang. Namun demikian Jakarta mungkin juga sebagai kota yang paling “liberal” dan “heterogen”, apapun ada.

Bagi sebagian orang Jakarta itu ibarat makanan yang pahit. Kalau dalam keadaan lapar makan apapun akan dilakukan, termasuk makanan yang mengandung benda-benda pahit, yang jika dipaksa makan akan mengunyahnya sambil mengeryitkan mata dan menahan sakit karena pahitnya.

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa tiada hari tanpa kemacetan di Jakarta hingga kota-kota penyangga seperti Bekasi, Depok, Tangerang hingga Bogor. Hampir setiap pagi, siang, dan sore Jakarta dari jalan yang paling lebar hingga di komplek-komplek perumahan macet, kadang total hingga tidak bisa jalan.

Orang tahu itu, dan hampir ditemui di setiap waktu.Mobil, baik dari yang super mahal hingga mobil yang asal bisa jalan, motor dari berbagai merek, hingga angkutan umum terus mewarnai kota Jakarta. Untuk menangani kemacetan Jakarta hingga sampai saat ini belum ada yang mampu memecahkannya. Bahkan Gubernur Fauzi Bowo, yang dulu menyebut dirinya “ahlinya Jakarta” tidak mampu mencarikan solusinya.

Para pengguna transportasi, utamanya mobil pribadi dan motor cenderung pula kurang sabar. Jalan dua jalur sering tertutup oleh kendaraan satu arah dengan mengambil jatah arah dari depannya. Akhirnya kondisi jalan raya bertambah macet.

Pertumbuhan kendaraan di Jakarta dan kota-kota penyangga juga luar biasa. Menurut Menteri perhubungan, pertumbuhan mobil sejumlah 12. 08 persen dan sepeda motor sejumlah 15.75 persen. Sedangkan setiap hari kendaraan yang masuk ke Jakarta sejumlah 18.000 kendaraan. Jumlah tersebut belum termasuk kendaraan yang memang sudah menetap di kota Jakarta.

Selain demikian, Jakarta dan kota penyangga juga terus menampung kendaraan-kendaraan utamanya motor yang berplat luar kota. Hampir setiap hari motor-motor plat kota lain berseliweran di jalan-jalan raya menuju tempat kerja. Kondisi ini tentu akan terus memperparah Jakarta.

Walaupun upaya penanganan kemacetan itu terus dilakukan, jumlah kendaraan bermotor tidak pernah berhenti sebentarpun. Itu artinya jumlah kendaraan yang masuk ke kota Jakarta pada pagi hari akan terus bertambah dan akan menumpuk di perkantoran-perkantoran dan tempat-tempat public. Sehingga suasana pagi dan sore, Jakarta ibarat kota besi yang tak akan bisa melepaskan diri dari kondisi itu.

Kita tunggu saja, akan menjadi apakah Jakarta beberapa tahun kedepan? Dan masihkah kita dapat berjalan untuk menikmati ibu kota Negara? Atau jangan-jangan kelak kita akan berjalan terburu-buru, melompat-lompat di atas mobil-mobil yang tengah macet untuk ke tempat kerja?

Sumber data: www.tempo.co

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun