Mad Mizan. Nama Kompasianer ini antik memang. Kesan pertama ketika saya membaca profilnya, dari namanya pikiran saya menerawang jauh ke Bandung. Di sana nama itu digunakan nama penerbit buku-buku laris  dan  inspiratif dan kini sudah merambah pada pembuatan film-film yang lumayan bagus.
Arah pikiran saya yang terbang ke Bandung adalah wajar, karena nama itulah yang muncul pertama kali dalam ranah memoriku. Sebelumnya saya tidak pernah mendapatkan kosa kata yang menghinjam kecuali penerbit itu. Makanya sayapun tak bisa mengendalikan pikiranku ke arah lain.
Berkaitan dengan nama Kompasianer antik "Mad Mizan" yang sampai saat ini belum juga menongolkan jati dirinya, kita hanya mengikuti alur tulisan yang dibuat dan komentar-komentar  aneh dan lucu dengan bahasa yang cenderung ceplas-ceplos. Kita mengenal bahasa itu hanya dimiliki oleh seniman terkenal. Saya sendiri lebih merasa kalau tokoh di balik itu memang Mas Arswendo Atmowiloto. Boleh doong saya yakin itu! Yah, kalaupun salah toh tetap saya kita juga belum mampu menemukan orang dibalik tulisan-tulisan dengan bahasa khas itu. Saya melihat, dari beberapa aspek bahasa yang dia gunakan ketika menuliskan kata-kata dan mengomentari beberapa Kompasianer lain. Okelah, kita mulai analisa sederhana ini. Saya yakin Anda semua memiliki interpretasi lain tentang siapa sejatinya Mad Mizan itu. Mungkin juga Anda sangat tidak setuju dengan analisa ringan saya ini, itu hak Anda tentunya. Saya membaca pemilihan katanya (diction), isi (content), juga aspek pragmatik dari siapa yang sering dibicarakan dan dengan siapa Mad Mizan bergaul. Langsung atau tidak, nama-nama yang pernah disebut itu adalah teman penulis. Selain itu dari judul-judul postingannya semakin menguatkan bahwa Mad Mizan memang Mas Wendo. Nol Mad Mizan sudah menjadi Kompasianer dari bulan Mei 2010. Namun hingga hari ini 26 Januari 2012 belum juga terverifikasi, artinya dia memang terus menyembunyikan diri. Dan terus memberi pertanyaan kepada kita," TEBAK SAJA TERUS SIAPA DIRIKU, YANG PASTI KAU AKAN TERUS MEMBACA TULISANKU, HE HE HE.... GOMBAL... GOMBAAAAAAAL". Satu Kita kenal dari TV, ketika Mas Wendo muncul karakter yang ditonjolkannya adalah crewet, kadang sinis, dan memang kritis. Crewet atau criwis berarti penginnya bicara terus dan banyak bicara. Sinis, karena ketika dia ngomong seakan-akan dia tidak suka dengan lawan bicara (walaupun saya menangkap hanyalah canda), kritis karena sebagai budayawan dia bisa melihat dari aspek budaya, walau kadang menyebrang melihat permasalahan dari mana saja, semaunya dia. Dua Karakter yang lain adalah apa adanya alias cuek dan penuh canda. Karakter antik ini memang biasanya dimiliki oleh orang-orang antik juga, yang mempunyai pemikiran antik, sikapnya pun antik. Lihat saja, ketika dia di TV entah sebagai pemandu atau yang dipandu, dia selalu menggunakan kaos semaunya. Di acara TV One, misalnya di Jakarta Lawyer Club, yang lain berdasi klimis, dia dengan cuek hanya berkaos. Kadang terkesan sak penake dhewe. Tiga Bahasa yang digunakan pun juga bahasa seniman. Khusus Mas Wendo, bahasanya cenderung blak-blakan, pemilihan katanya juga bahasa-bahasa lapangan "yang tidak cenderung ilmiah" namun menyentuh hingga di dasar lautan. Itulah bahasa apa adanya. Kita juga lihat sering ketawanya terkesan "sinis" mentertawakan yang ditertawakannya. Dan itulah khasnya seniman antik. Empat Dari aspek isi dan orang-orang (nama-nama) yang terlibatpun atau yang sering diceritakan adalah orang-orang TV. Dari beberapa tulisannya dia menyebut nama misalnya Karni Ilyas, Dedy Mizwar, Tina Talisa, Luna, Olga dan masih banyak yang lain. Tulisannya pun juga sering berisi tentang acara-acara TV, film, lagu dan karier para artis. Bahkan terkait dengan Kompasianer Mas Herman Hasyim, dia menulis Herman Hasyim Saja Jadi Unyu-unyu lang lucu. Lima Lihatlah judul-judul yang dipilih untuk mengarahkan pembaca pada isi tulisannya dari yang paling akhir; Dedi Mizwar Jangan Ngomel Soal Sinetron atau Melarang, tapi Lawan- Agnes Monica, Gong Xi Fa Chai, Kejar Mimpimu, Nyez - Karni Ilyas Tentang Tina Talisa dan Lumpur Lapindo - Olga Dipeluk Agnes Monica, Olga Mencium Pipi Pasha - Kencan Biasa di Jalan Jaksa Dengan Tina Talisa - Herman Hasyim Saja Jadi Unyu-Unyu Yang Lucu - Luna, Dunia Memang Sudah Maya, Jangan Sembunyi Luna Maya! -  Sungguh Kasihan Jadi Dahlan Iskan - Iwan Fals, Setiawan Jody, dan Jabo, Kalian Sudah Tua, Sudahlah! Percuma! - Ya, Tak Apalah Saya Jadi Pembela Sinetron Indonesia,........ Enam Mohon maaf ya Mad Mizan!!!! Damai damai damai damai..... Semoga saja tulisan ini salah kaprah sehingga tebakan-tebakan yang engkau buat memang salah kaprah saya jawab...  Semoga juga dirimu memang bukan Mas Wendo...... he he he he Entahlah........... Tapi, tulisanmu memang antik, kritis-sinis dan criwis......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H