Apakah Anda, pembaca budiman sempat mencicipi sebuah serial sandiwara radio yang luar biasa pada era 80-an? Bila iya berarti masih terngiyang jam-jam diputar, tokoh-tokohnya dan lain-lainnya terkait dengannya. Anda  mungkin penikmat radio-radio yang antik ketika itu, dan siaran-siaran yang di pancarkannya, mungkin Anda akan mengenal penulis naskah cerita Saur Sepuh yang fenomenal itu, Niki Kosasih.
Saya sendiri adalah penikmat sandiwara pada era itu. Masa kanak-kanak saya begitu indah ketika itu, bagaimana tidak saya sangat menikmati cerita-cerita yang digarap oleh Niki Kosasih.
Cerita yang melegenda yang diperindah dengan berbagai trik pengolah cerita itu, sungguh menjadi cerita favorite pada anak-anak kampung seperti saya. Saya dan teman-teman pada jam-jam tertentu melingkar mendengarkan certa itu dengan serius.
Banyak cerita sandirwara radio ketika itu, namun yang paling teringat di pikiran saya adalah Saur Sepuh. Cerita itu menceritakan sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi. Tokoh utama cerita itu adalah Brama Kumbara sebagai ksatria Madangkara yang dikenal sangat bijak dan sakti mandra guna.
Kerajaan Madangkara ketika itu sedang dijajah oleh Kuntala, dan Brama sebagai tokoh yang mengembalikan kejayaan Madangkara. Perjuangannya dalam memulihkan Madangkara sungguh berat luar biasa.
Saya membayangkan ketika itu bahwa Madangkara itu kerajaan yang sungguh berwibawa dan disegani oleh negara tetangga.
Brama Kumbara sendiri sangat bijaksana dalam menjalankan pemerintahan. Suaranya yang berwibawa (yang diperankan oleh Ferry Fadly) sangat menambah kesan bahwa Brama memang layak menjadi pemimpin. Kesaktiannya ketika itu tidak ada yang menandingi, termasuk musuh bebuyutannya Lasmini (Ivone Rose). Lasmini yang diceritakan memiliki wajah cantik jelita nan rupawan memiliki karakter yang jahat dan licik. Dia berupaya untuk mendekati Brama Kumbara untuk dijadikan suaminya.
Namun Brama Kumbara tetap menunjukkan bahwa dia bisa bisa menepis segala godaan dari Lasmini. Mantili, Â adik Brama Kumbara pun terkenal wanita yang sakti namun kecantikannya nampaknya masih di bawah Lasmini. Mantili dan Lasmini sering bertemu dalam pertempuran dan saling mengadu kesaktian. Kadang kalah dan kadang menang.
Episode yang sempat dirilis oleh Niki sejumlah 19 episode. Dalam sandiwara itu juga pernah diceritakan bahwa Brama pernah kalah dengan Panembahan Gunung Saba dengan ajian Waringin Sungsangnya di episode "Di Atas Langit ada Langit". Dan hal ini tentunya menunjukkan bahwa Niki sadar betul untuk menguasai emosi pendengarnya. Juga akan memberikan pelajaran berharga, ternyata kita tidak akan selalu berada di atas. Kadang harus siap di bawah dan kalah.
Itulah cuplikan cerita favorit yang sangat disukai pada era itu. Dan ceritanya juga tidak melulu soal cinta dan perselingkuhan seperti cerita-cerita yang sekarang sering diputar di TV.
Saya berandai-andai bila penulis seperti Niki Kosasih saat ini masih bisa berkarya dengan melirik kondisi riil Indonesia saat ini mungkin ceritanya juga akan heboh. Namun demikian kadang saya pun berpikir, Andai saja cerita-cerita itu diangkat menjadi cerita televisi apakah masih tetap akan sehebat ketika kita mendengarkan melalui radio.
Cerita-cerita lucu yang saat ini terjadi di Indonesia, tentang apa saja, misalnya tentang Ujian Negara, korupsi, polisi dan sendal jepit, penegakan hukum yang pincang, masalah lumpur Lapindo yang belum selesai-selesai, masalah sertifikasi dan RSBI, mungkin akan memperkaya cerita itu. Namun apakah pula ada jaminan, bahwa media TV akan memperindah cerita itu, paling tidak persis seperti ketika kita baca. Atau malah akan mendegradasi kualitas cerita buku menjadi cerita yang malah tidak mendidik..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H