5. Ketidakprofesionalan polisi di tingkat bawah, tidak dapat dilepaskan dari sistem yang berlaku di kepolisian sendiri tentunya. Seandainya saja pihak Kapolri bisa mencium gelagat-gelagat seperti itu tentunya akan dapat mereformasi kepolisian dengan baik. Bahwa polisi itu bukan hanya tingkat menengah ke atas harus benar-benar dibangun. Polisi ditingkat atas tidak banyak bersentuhan dengan anggota masyarakat, tetapi yang banyak menyentuh masyarakat justru malah tingkat bawah.
6. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa sistem rekrutmen kepolisian sangat tidak transparan. Meskipun rekrutmen tidak dikenakan biaya sepeserpun, tetapi banyak juga keluarga para polisi itu menceritakan bahwa dia menghabiskan berpuluh-puluh juta untuk menjadi polisi. Hal seperti ini adalah cerminan ketidakjujuran ditingkat awal rekrutmen. Menurut hemat saya system seperti itulah yang menjadi bumerang untuk membangun kepolisian yang jujur dan profesional. Bila pihak kepolisian mampu memotong itu semua, polisi hanya akan diisi oleh polisi-polisi yang memang memiliki kompetensi menjadi polisi.
7. Sehingga tidak sedikit teman-teman polisi kita yang menanamkan pendapatnya, bahwa dulu sudah menyetorkan banyak uang ketika masuk. Setelah masuk pun harus mencari pendapatan sebanyak-banyaknya untuk membayarnya, walau dengan cara-cara yang tidak halal, di luar gaji yang tidak lagi kecil.
Itulah sedikit refleksi saya sebagai warga negara yang mencintai Indonesia dan semua aparatnya untuk membangun Indonesia bersama-sama sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
Polisi adalah tugas yang sangat terhormat, maka berjuanglah sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya dengan kapasitas sebagai polisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H