Sekali lagi kampus dan capres..
Setelah urun rembug saya dalam kompasiana berikut: http://politik.kompasiana.com/2014/04/20/kampus-dan-netralitas-dalam-pilpres-650304.html
Tadinya saya berfikir ini sudah usai. Namun ada sisi pandang rekan kompasiana yang menggelitik saya. (http://politik.kompasiana.com/2014/04/20/jokowi-ditolak-itb-isyarat-buruk-bagi-pdip-649481.html)
Tanpa mengecilkan reputasi ITB dan mahasiswanya serta Presiden RI pertama yang  juga lulusan ITB, saya menganggap bahwa universitas ataupun institut lainpun mempunyai mahasiswa yang juga pilihan se- nusantara,  mahasiswa yang mempunyai latar belakang beragam dan tidak bisa dikerdilkan dan digeneralisasi kualitasnya. Bidang teknik memang kampus ini terkenal bagus. Namun masih ada kampus lain seperti Universitas Padjajaran yang memiliki keunggulan di bidang sosial. Demikian juga kampus ITS di Surabaya. Semua sama bagusnya dan punya peran masing-masing. Demikian juga IPB di Bogor yang mempunyai keunggulan dalam bidang pertanian. Semuanya saling mengisi.
Dan penolakan seperti tertulis dalam opini saya di link di atas, tidak ada hubungannnya dengan satu capres saja, semoga demikian. Karena memang tidak dituliskan kampus ITB bakal menerima yang lain atau saat itu sedang menerima capres lainnya.
Pun penolakan kampus ITB tidak memberikan stempel bahwa Jokowi ditolak sebagai calon oleh mahasiswa ITB. Bukan berarti juga Jokowi ditolak oleh warga Bandung ataupun seluruh rakyat Indonesia. Jadi tidak ada korelasi apapun dalam hal ini. Bisa jadi malah pada saat pilpres nanti mayoritas memilih Jokowi. Bisa jadi lho... Namanya kemungkinan, semua bisa. Bisa juga tidak.
Demikian pula seandainya kampus ITB menerima Jokowi, itupun tidak berarti bahwa itu pertanda Jokowi pasti otomatis menjadi Presiden berikutnya.
Lalu apakah sesuatu kampus dianggap sombong jikalau menolak seseorang capres di kampusnya, saya rasa dengan alasan yang ada, kampus tersebut tidak bisa dianggap sombong. Â Bahwa nantinya alasan itu benar atau tidak, konsisten atau tidak, waktu yang akan membuktikannya.
Rakyat Indonesialah yang berhak menentukan pada saatnya nanti siapa pilihannya. Â Jadi... marilah kita menghargai setiap pihak yang ada, hak dan kewajibannya, pendapatnya, pilihannya. Kita berdiskusi secara terbuka. Marilah kita menggunakan pikiran yang bersih dan akal yang sehat untuk menelaah dengan lebih bijak sehingga pada saat kita menggunakan hak suara kita, akan kita gunakan sebaik-baiknya. Jadilah pesta pilpres menjadi pesta yang sukses, mempunyai arti positif bagi kita semua, Bangsa dan Negara Indonesia. Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H