Tak tahu maka tak kenal, tak kenal maka tak sayang. Tak bisa dipungkiri bahwa kegiatan pertambangan memiliki kesan yang kurang baik di mata masyarakat umum. Tidak sedikit masyarakat yang berpendapat bahwa manfaat kegiatan pertambangan jauh lebih kecil daripada dampak negatif yang ditimbulkan.
Penilaian mereka tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Aneka berita yang diwartakan di media massa selama ini lebih menonjolkan sisi negatif dari kegiatan pertambangan. Rusaknya hutan, tercemarnya lingkungan, hingga munculnya masalah sosial di beberapa daerah yang berdekatan dengan lokasi tambang selalu menjadi topik yang ditonjolkan oleh media. Bad news is good news, begitulah prinsip yang masih dipegang dan dimanfaatkan oleh sebagian kalangan pekerja media.
Adapun sisi positif dari kegiatan pertambangan, seperti memberikan devisa bagi negara, meningkatkan perekonomian daerah di sekitarnya, dan memenuhi kebutuhan nasional akan barang hasil tambang kurang mendapat tempat di media massa. Karenanya tidaklah heran jika banyak orang yang memiliki persepsi bahwa manfaat kegiatan pertambangan hanya dikenali dan dikonsumsi secara eksklusif oleh kelompok minoritas yang terdiri dari para pejabat, pengusaha, akademisi, dan pekerja yang berkecimpung di dunia pertambangan saja. Tidaklah heran pula jika banyak orang yang masih bertanya, “Mengapa pertambangan harus ada?”
Pertanyaan di atas semestinya bisa terjawab dengan begitu mudah jika media massa mau turut serta menyebarkan informasi yang benar dan menyeluruh tentang kegiatan pertambangan. Bukan sekadar informasi parsial yang memberitakan kasus-kasus buruk yang terjadi dalam kegiatan pertambangan di daerah-daerah tertentu.
Padahal kasus-kasus buruk yang terjadi itu hanyalah contoh bentuk kegiatan pertambangan yang tidak sepenuhnya mengikuti aturan yang berlaku. Semestinya kegiatan-kegiatan pertambangan yang mengikuti aturan juga diberitakan oleh media massa sehingga masyarakat bisa mengetahui contoh kegiatan pertambangan yang sungguh-sungguh dilakukan dengan baik dan benar.
Mengapa pertambangan harus ada? Jawaban sederhananya adalah karena manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kegiatan pertambangan. Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhannya. Salah satunya adalah kebutuhan akan barang-barang hasil tambang. Adapun untuk memperoleh barang-barang hasil tambang, dibutuhkanlah kegiatan-kegiatan pertambangan.
Barangkali masih saja ada sebagian orang yang berpikir dan berpendapat, “Kami tidak butuh barang-barang hasil tambang!” Pendapat seperti itu akan terdengar lucu jika orang-orang tersebut mau melihat barang-barang apa saja yang telah mereka pakai dan konsumsi selama ini.
Yang perlu kita semua sadari saat ini adalah sejatinya setiap manusia membutuhkan barang hasil tambang. Memang bukan dalam bentuk batuan utuhnya, tetapi dalam bentuk produk atau barang jadi yang kita gunakan sehari-hari. Barang-barang hasil tambang itulah yang telah menjadi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier kita. Bukankah pangan, sandang, dan papan adalah bentuk kebutuhan primer manusia?
Saat ini kita telah terbiasa membuat makanan dengan peralatan masak yang terbuat stainless steel dan itu adalah contoh nyata dari produk tambang. Sekalipun kita membuat masakan dengan peralatan kuno seperti tungku ataupun susunan batu bata, tanah liat atau clay sebagai bahan pembentuknya pun merupakan hasil tambang. Dewasa ini para petani pun telah terbiasa menggunakan pupuk fertilizer atau buatan yang di antara kandungannya terdiri fosfat, sulfur, dan potasium yang juga merupakan mineral hasil tambang.
Pakaian yang kita kenakan sehari-hari pun banyak yang terbuat dari polimer sebagai bahan untuk benang dan kain. Kancing dan resleting pada pakaian yang terbuat dari logam pun sudah jelas merupakan olahan hasil tambang. Adapun rumah sebagai tempat tinggal kita sehari-hari untuk berteduh dan berlindung dari segala ancaman luar juga dibangun dari berbagai macam hasil tambang, seperti baja, semen, batuan kerikil, tanah liat untuk genting, dan sebagainya.