Dengan kualitas pemain-pemain Indonesia yang lebih baik dibanding pemain-pemain Filipina, seharusnya Indonesia bisa unggul pada pertandingan malam hari ini. Namun lagi-lagi Coach Alfred Riedl masih kaku dengan formasi 4-4-2 favoritnya yang selalu saja ia pakai semenjak ia menukangi Timnas Indonesia sejak 2010 lalu. Lagi-lagi Riedl memaksakan memainkan Lerby sebagai pemain inti. Dan kali ini lebih lama, yakni selama 85 menit. Dan kali ini kembali Lerby harus menerima kritikan karena kekakuan Riedl memaksakan memainkan 2 penyerang. Bung Ahay di RCTI menyatakan bahwa Indonesia seperti hanya bermain dengan sepuluh pemain. Tidak ada peran Lerby sama sekali yang terlihat kecuali sebagai pemantul bola.
Tentu saja itu bukanlah salah Lerby yang memiliki karakter lambat dan malas bergerak, karena memang begitulah karakternya sebagai target man selama bermain di klub. Yang perlu dipermasalahkan kembali adalah kekakuan Riedl yang memaksa memainkan Lerby selama 85 menit sehingga Tiimnas Indonesia seperti hanya bermain dengan sepuluh pemain selama 85 menit tersebut. Dan kali ini Lerby tidak bisa lagi mendapat sedikitpun pujian seperti pertandingan sebelumnya ketika ia beruntung bisa mencetak gol. Dua gol yang dicetak oleh Timnas Indonesia malam ini berasal dari sundulan Fachruddin berkat umpan Stefano Lilipaly dan sepakan Boaz berkat bola muntah hasil tendangan Andik Vermansyah.
Gelandang Pengangkut Air
Ketika Evan Dimas hanya diduetkan bersama Stefano Lilipaly dalam pertandingan uji coba melawan Vietnam, kritik dan saran sudah banyak datang terkait tidak adanya pemain gelandang bertahan alias gelandang pengangkut air dalam formasi tersebut. Tapi lagi-lagi Riedl kembali mengulangi formasi tersebut karena ia sepertinya benar-benar berprinsip bahwa harus ada dua penyerang dan dua pemain sayap dalam formasi 4-4-2 favoritnya.
Tidak adanya pemain yang bertipe sebagai gelandang pengangkut air ini membuat Timnas Indonesia tidak mempunyai pemain penahan serangan lawan sejak dari lapangan tengah. Timnas Indonesia sering kewalahan ketika menerima serangan balik yang cepat. Itu tidak bisa disalahkan pada dua gelandang Timnas, yakni Evan dan Lilipaly, karena mereka adalah pemain yang bertipe gelandang serang, bukan gelandang bertahan. Kekakuan Riedl yang mengharuskan adanya dua penyerang itulah yang membuat Bayu Pradana tidak dimainkan karena sudah ada Evan dan Lilipaly di sektor tengah.
Akankah kekakuan Riedl ini terus berlanjut hingga pertandingan selanjutnya? Saya prediksi kemungkinan besar iya. Dan akhirnya mungkin kita tidak perlu kecewa kalau nantinya Timnas akan kembali bermain seperti hanya dengan sepuluh pemain saja. Sebab, hak kekuasaan memang ada di tangan Riedl sebagai pelatih. Kritik dan komentar dari para komentator di RCTI seperti Bung Ahay mungkin tidak akan ia dengar. Apalagi saran dan kritik dari tulisan semacam ini. Tapi bisa jadi juga ada orang yang mau menyampaikan tulisan ini kepada Riedl, atau mungkin Riedl akan segera menyadari sendiri kekeliruan dan kekakuannya selama ini, semoga saja. Hanya Tuhan dan Riedl lah yang tahu apa yang akan Riedl perbuat pada Timnas Indonesia pada pertandingan melawan Singapura mendatang. [UP]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H