Mukhammad Nur Muzakka1, Muhammad Nofan Zulfahmi2
Budaya literasi di Indonesia adalah topik yang menarik untuk dibahas. Saat ini, tingkat literasi di negara ini masih rendah dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Di tengah pesatnya perkembangan budaya populer, buku sering kali tidak dianggap sebagai prioritas. Masyarakat cenderung lebih mudah menerima informasi melalui komunikasi lisan, seperti berbicara dan mendengarkan, daripada melalui membaca dan menulis. Banyak orang Indonesia lebih memilih menghabiskan waktu di depan ponsel untuk melihat pembaruan status atau menonton televisi daripada membaca buku.
Literasi numerasi adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan menerapkan angka dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini sangat penting untuk pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perkembangan kognitif. Di sisi lain, musik telah terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan literasi numerasi di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kemampuan ini dalam pendidikan, khususnya melalui mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, seperti matematika (Ramdani & Fatimah, 2021).
Literasi numerasi terdiri dari tiga komponen utama: berhitung, relasi numerasi, dan operasi aritmetika. Berhitung merujuk pada kemampuan menghitung objek secara lisan dan mengidentifikasi jumlah objek tersebut. Relasi numerasi berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan kuantitas objek, seperti menentukan mana yang lebih banyak, lebih sedikit, lebih tinggi, atau lebih pendek. Di sisi lain, operasi aritmetika mencakup kemampuan untuk melakukan operasi dasar matematika, seperti penjumlahan dan pengurangan. Ketiga aspek literasi numerasi ini merupakan fondasi yang penting dalam pembelajaran matematika, yang sebaiknya dikenalkan sejak usia dini hingga anak-anak memasuki tingkat kelas rendah (Ramdani & Fatimah, 2021).
Masalah utama penyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan pembelajaran yang berbasis literasi numerasi adalah kurangnya kebiasaan guru dalam memberikan soal-soal berbasis literasi. Banyak guru, terutama di tingkat sekolah dasar, belum memiliki kemampuan untuk menyusun soal literasi numerasi, sehingga siswa tidak terbiasa menghadapi soal-soal non-rutin. Sebagian besar guru cenderung membuat soal rutin yang tertutup dan dapat diselesaikan dengan mudah menggunakan rumus tertentu (Fiangga et al., 2019).
Literasi numerasi dalam matematika mencakup beberapa kompetensi kunci, yaitu: (1) Berpikir dan bernalar matematis, yang melibatkan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat matematis, memahami berbagai jawaban yang dapat diberikan oleh matematika, serta mengenali baik cakupan maupun keterbatasan dari konsep-konsep matematis dan cara mengatasinya. (2) Berargumen matematis, yaitu kemampuan untuk memahami konsep bukti, membedakan antara bukti dan jenis penalaran matematis lainnya, serta mengikuti dan menilai alur pemikiran sekaligus merumuskan gagasan matematis. (3) Komunikasi matematis, yang berarti dapat menyampaikan ide dalam berbagai format, baik lisan, tulisan, maupun visual, serta mampu memahami karya orang lain. (4) Pemodelan, yaitu kemampuan untuk menerjemahkan situasi nyata ke dalam bentuk matematis, menginterpretasikan model matematis dalam konteks yang relevan, beroperasi dengan model, menguji dan memvalidasi model, serta memberikan saran. (5) Mengajukan dan memecahkan masalah, yang mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, mendefinisikan, dan menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi.(6) Representasi, yaitu kemampuan untuk menerjemahkan, membedakan, dan menginterpretasikan berbagai bentuk representasi matematis serta objek atau situasi, serta memahami hubungan antara representasi yang berbeda. (7) Simbol, yang berarti mampu menggunakan operasi simbolik, formal, dan bahasa teknis. (8) Alat dan teknologi, yaitu kemampuan dalam menggunakan alat bantu, termasuk teknologi, sesuai kebutuhan (Mizaniya, 2020).
Jean Piaget adalah seorang psikolog perkembangan yang dikenal karena teorinya tentang bagaimana anak-anak mengembangkan pemahaman mereka tentang dunia. Teori ini berfokus pada cara berpikir anak-anak dalam empat tahap perkembangan kognitif: sensorimotor, praoperasional, konkret, dan formal. Meski Piaget tidak secara langsung mengaitkan musik dengan literasi dan numerasi, konsep-konsep dalam teorinya bisa diterapkan untuk memahami bagaimana musik dapat berfungsi sebagai media untuk literasi numerasi (OZTURK & KALYONCU, 2018).
Hubungan Teori Piaget dengan Musik sebagai Media Literasi Numerasi
- Tahapan Perkembangan Kognitif:
- Sensorimotor (0-2 tahun): Anak-anak mulai memahami dunia melalui pengalaman sensorik dan motorik. Musik, dengan ritme dan melodi, dapat menarik perhatian mereka dan merangsang perkembangan sensorik.
- Praoperasional (2-7 tahun): Anak-anak mulai mengembangkan bahasa dan imajinasi. Musik dapat digunakan untuk mengenalkan konsep numerasi melalui lagu yang mengajarkan angka, urutan, dan pola. Misalnya, lagu-lagu yang mengandung pengulangan dan rima membantu mereka memahami urutan dan keteraturan.
- Konkret (7-11 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai berpikir secara logis tetapi masih terikat pada objek konkret. Aktivitas musik seperti bermain alat musik dapat memperkenalkan konsep-konsep matematika dasar, seperti ritme (yang dapat diukur dan dihitung) dan pembagian (ketika berbagi alat musik atau membuat grup musik).
- Formal (11 tahun ke atas): Anak-anak mulai dapat berpikir abstrak. Dalam konteks musik, mereka dapat mulai memahami teori musik yang lebih kompleks, yang melibatkan analisis pola dan struktur, serta hubungan antara angka dan musik, seperti notasi musik yang melibatkan nilai-nilai numerik.
- Pengalaman Bermain dan Eksplorasi:
- Piaget berpendapat bahwa anak belajar melalui bermain dan eksplorasi. Musik menyediakan kesempatan bagi anak-anak untuk bereksperimen dengan suara dan ritme, yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan konsep numerasi, seperti pengulangan (pengulangan dalam lagu dapat memperkuat konsep penghitungan) dan pola (dalam ritme dan melodi).
- Interaksi Sosial:
- Teori Piaget juga menggarisbawahi pentingnya interaksi sosial dalam belajar. Musik sering kali melibatkan kolaborasi, seperti dalam kelompok musik atau bernyanyi bersama, yang membantu anak-anak belajar tentang berbagi, menghitung (misalnya, menghitung anggota kelompok), dan memahami konsep ruang dan waktu.
- Kognisi dan Perkembangan Bahasa:
- Musik juga dapat membantu perkembangan bahasa, yang berkaitan dengan literasi. Melodi dan lirik dapat membantu anak-anak dalam memahami dan menggunakan bahasa dengan cara yang menyenangkan, serta mengaitkan kata-kata dengan angka dan konsep numerik dalam konteks yang lebih luas.
Budaya literasi di Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan, ditandai dengan rendahnya minat baca masyarakat serta dominasi komunikasi lisan dan media visual. Situasi ini berimbas pada keterampilan literasi numerasi, yaitu kemampuan dasar untuk memahami dan menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peningkatan literasi numerasi sangat penting untuk membantu individu dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam konteks ini, musik muncul sebagai media yang potensial untuk memperkuat literasi numerasi pada anak-anak. Melalui lagu dan aktivitas musik, konsep-konsep seperti pengulangan, urutan, dan pola dapat diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan. Meskipun tantangan dalam pendidikan masih ada, seperti kurangnya pelatihan bagi guru dalam menyusun soal berbasis literasi numerasi, teori Jean Piaget menunjukkan bahwa musik dapat mendukung perkembangan kognitif anak melalui berbagai tahap pertumbuhan mereka. Integrasi musik ke dalam kurikulum pendidikan tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan keterampilan numerasi, tetapi juga merangsang perkembangan bahasa dan kognisi anak secara keseluruhan. Oleh karena itu, penerapan pendekatan ini dalam pendidikan sangat diperlukan untuk membangun fondasi literasi dan numerasi yang kuat bagi generasi mendatang.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Fiangga, S., M. Amin, S., Khabibah, S., Ekawati, R., & Rinda Prihartiwi, N. (2019). Penulisan Soal Literasi Numerasi bagi Guru SD di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Anugerah, 1(1), 9--18. https://doi.org/10.31629/anugerah.v1i1.1631
Mizaniya, M. (2020). Analisis Materi Pokok Matematika Mi/Sd. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 98. https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i1a10.2020
OZTURK, G., & KALYONCU, N. (2018). The Effect of Cooperative Learning on Students' Anxiety and Achievement in Musical Ear Training Lessons. Eitimde ve Psikolojide lme ve Deerlendirme Dergisi, 9(4), 356--375. https://doi.org/10.21031/epod.411010
Ramdani, N., & Fatimah, N. (2021). Pelaksanaan Sadar Numerasi dengan Menggunakan Lagu. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia, 3(2). https://doi.org/10.29303/jpmsi.v3i2.146
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H