Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengunduh Surga dalam Paradoks Utopia

21 Desember 2021   19:51 Diperbarui: 4 Mei 2022   23:08 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: goodfon.com

Di masa depan manusia telah berhasil menulis ulang takdir mereka. Apa yang kemudian terjadi? Mereka kehilangan harapan, kekosongan, tanpa proses, tanpa nilai, tanpa kejutan, nirmakna, dan tenggelam dalam samudra kenikmatan hampa. Manusia telah menemukan surganya tanpa proses kematian, inilah paradoks utopia.

Pada saat itu tiba, seluruh kebutuhan dan fantasi manusia telah terpenuhi, apapun yang dapat dibayangkan. Segala teknologi sudah mencapai puncaknya, manusia hidup setara dalam kendali tunggal AI Governance System. Sistem pemerintahan ego telah tamat, mulai dari monarki, republik, liberal, sosialis, komunis, bahkan demokrasi telah kehilangan muka.

Negara-negara yang dipimpin manusia pada akhirnya hanyalah bagian yang sulit dipisahkan dalam episode kerusakan di atas muka bumi. Utamanya negara-negara yang bersekongkol dengan kapitalisme hitam dan berpura-pura tidak mendengar tangisan bumi.

Surga utopia sebagaimana seharusnya, akan melewati suatu proses kiamat ekologi yang kita sebut puncak pemanasan global (global warming). Manusia akan melewati semacam proses seleksi alam.

Distopia dunia yang tiba pada 2050, atau kiamat sekuler sekaligus adalah titik balik bagi menata ulang semua sistem gagal yang dibuat oleh manusia lampau.

Orang-orang kuat dalam World Economic Forum baru-baru ini telah mengambil momentum pandemi global untuk berperan dalam the great reset serta memulai peradaban 4.0 menuju 5.0. Seluruh sistem nilai di atas muka bumi akan bertumpu hanya kepada humanisme, penyelamatan ras manusia yang didampingi oleh keperkasaan teknologi digital.

Sistem kapitalisme yang dibolehkan hanya yang berpusat pada kemanusiaan. Ini akan memaksa teknologi untuk bersahabat dengan alam (eco friendly technology), teknologi akan mampu meredam dampak perubahan iklim dan membalikkan keadaan. Sehingga pengejaran utopis kembali dimulai dalam skala yang sangat masif.

Apa yang menjadi kegelisahan global seperti kelangkaan pangan akan disambut oleh bioteknologi, sistem korup akan dituntaskan oleh blockchain, dan keputusan-keputusan penting akan diambil alih oleh kecerdasan buatan tanpa cela. Penyakit dan proses penuaan akan disudahi oleh teknologi nano dan regenerasi sel.

Kitab-kitab yang bercerita tentang surga seperti disalin seluruhnya oleh masa depan. Tanpa kelaparan, kelangkaan, kecemasan, ketidakpastian, pemborosan, yang disempurnakan dengan keabadian dan tanpa proses penuaan. Manusia menulis ulang kehidupannya mulai alfa hingga omega.

Hal ini dapat terjadi bila semua negara dengan sistemnya yang ketinggalan zaman dan cacat karena dibasiskan kepada pemenuhan ego, otoratianisme, supremasi kekuasaan dan dinasti politik dapat segera menyerahkan kedaulatannya kepada AI Governance System, sebuah sistem pemerintahan global dalam kesetaran dan pemenuhan kebutuhan serta fantasi manusia tanpa kecuali. Sebuah sistem yang dibantu oleh mesin pembelajar akan memetakan seluruh kebutuhan dan angan-angan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun