Konsep negara sedang melampaui fase senjakala, akan tercipta masyarakat kosmopolitan, masyarakat ultra modern yang meninggalkan mitos, dan beralih hanya kepada fungsi dan logika.Â
Tercipta suatu tatanan global, dalam realitas virtual, percakapan antaravatar dalam lintas benua yang bebas paspor, tanpa bendera dan lambang negara. Mereka bertransaksi dengan sistem mata uang virtual yang benar-benar baru dan bebas dari emblem negara apa saja.
Bila kita masih bertanya mengapa negara-negara lenyap? Lalu apa sisi penting negara bila problema yang dihadapi umat manusia adalah peristiwa global. Dan tendensi kebutuhan manusia masa depan hanya ada dalam percakapan global.
Planet ini harus diselamatkan, bukan oleh negara secara parsial, bukan oleh fragmentasi politik kekuasaan yang usang dan sempit. Bumi bahkan tidak hanya terancam dari dalam, tapi juga dari ruang intergalaktik, dari meteor dan komet, badai matahari, sistem bintang dan fenomena kosmos yang destruktif, serta mungkin saja UFO.
Tahun 2050 sedang dihitung mundur, hanya 28 tahun dari sekarang. Kita harus memikul tugas universal untuk menyelamatkan bumi dengan mereduksi semua sebab yang dapat memicu pemanasan global dan ancaman dari luar atmosfer.
Tidak hanya soal bumi yang menua dan sakit parah, selain akan kehilangan ekosistem, penerus kita akan kehilangan eksistensi. Kecerdasan dan ketangkasan manusia telah disimpan ke dalam peti mati sejarah, sistem kecerdasan robotika akan mengambil kendali, maka formula yang dibuat adalah menundukkan teknologi dan menyisakan ruang vakum bagi kemanusiaan.
Bisakah dengan ritual dan akrobatik demokrasi elektoral lima tahunan, yang tinggal enam kali putaran dari sekarang, dapat menjadi solusi bagi problema global yang kita hadapi?Â
Kita tidak lagi membutuhkan pemikir-pemikir pendek dan sempit, kita butuh visioner dengan pikiran yang besar dan futuristik dengan lompatan sebesar raksasa.
Isu-isu menjelang pesta demokrasi hanya akan berputar-putar pada problema internal dalam negara, sebagian besar hanyalah sebentuk kamuflase untuk memanipulasi pilihan rakyat.Â
Oligarki dengan tabiat predatornya akan terus menempel pada kekuasaan, jelata dan elite lokal sibuk dengan dirinya sendiri. Hilir mudik di bawah tempurung masing-masing. Sedangkan ancaman global yang akan menghanguskan dan menenggelamkan anak cucu kita, tak bisa dihadapi dengan retorika apalagi nostalgia. ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H