Penyair Yunani kuna Hesidos berlagak, tidak satupun daun jatuh di Athena tanpa diketahui oleh Zeus. Tapi apa, the big boss para dewa dari gunung Olimpus ini akhirnya dimakzulkan.
Begitu Romawi membantai Yunani, Zeus dilucuti, diganti dengan Jupiter. Bahkan seluruh oligarki dari rezim langit Yunani ditumbangkan. Kecuali Apollo.
Semisal dewa cinta Aphrodite ditukar dengan Venus, dewa perang Ares menjadi Mars. Ada 12 dewa Yunani yang harus memasuki masa pensiun muda, di antaranya Hera, Artemis, Demeter, Hephaistos, Hermes, Athene, dan Dionysos.
Dengan sendirinya putera Zeus, Herakles segera dipecat dan digantikan dengan Hercules. Glorifikasi Romawi sangat kuat, sehingga seluruh dunia hanya mengenang Hercules, padahal dia adalah Herakles yang lain. Meski paling epik, Hercules hanya setengah dewa, ibunya gadis bumi bernama Alkmene.
Berbeda dengan Apollo. Dia adalah putera Zeus yang lain dari dewi Leto. Dari seluruh anggota kabinet Zeus, Romawi hanya menyisakan Apollo. Dewa diva seni, medis, dan penyair ini tak ada padanannya di Romawi sehingga ia tetap disembah.
Apollo juga menjadi perlambang puncak peradaban manusia ketika berhasil menjejak bulan. Namanya ditancapkan pada proyek gingatis NASA, program Apollo pada 1960-an, dan sebuah kawah di bagian selatan bulan yang juga disebut Apollo.
Keruntuhan rezim Zeus adalah analogis. Setiap rezim akan tamat pada waktunya meski mereka menyandang kekuatan setingkat dewa. Kita telah banyak melihat contoh, rezim-rezim kuat di bawah atmosfer yang porak poranda di tengah jalan. Akibat begitu lama berkuasa dengan cara paksa.
Tidak juga ada yang baik-baik saja dengan rezim yang absolut. Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely, kata John Edward Dalberg alias Lord Acton. Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut korup secara absolut.
Untuk itu demokrasi menjadi penting, agar ada perguliran kekuasaan. Tapi apa, para penguasa melihat dirinya seperti Zeus, ingin berkuasa selama ia bisa. Oligark yang mengelilingi istananya, lebih ingin hal yang sama.
"Saya tidak tertarik mempertahankan status quo, saya ingin menggulingkannya," demikian Niccol Machiavelli mengingatkan.