Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Dialektika Islam-Komunis

8 Mei 2021   12:40 Diperbarui: 22 Mei 2021   11:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: i.guim.co.uk

Orang awam menuduh pengikut komunis sebagai ateis (tidak bertuhan) walaupun Marx mengajarkan itu, namun mereka (kaum proletar tertindas) tidak cukup cerdas untuk itu. Ateisme sendiri lahir dari filosof materialisme dan pemikiran 'cerdas' para saintis sekuler yang gagal menemukan Tuhan dalam gelas kemungkinan.

Yang tepat untuk umat komunis adalah anti-teis, sebagai doktrin global komunisme untuk menghabisi penghambat terbesar tujuan mereka: agama. Agama terutama di Eropa terbukti sebagai alat penekan oleh penguasa berabad-abad, yang kemudian pecah berkeping-keping saat Revolusi Prancis.

Kendati PKI bubar (dengan klaim jutaan korban) dan ajaran Marxis dilarang di seluk beluk Indonesia, komunisme mungkin tetap hidup dan diturunkan secara biologis_ pada luka sejarah yang masih membekas, bermetamorfosis dengan nama aliran kiri apapun.

Komunisme bisa saja disuburkan dalam rangka mencari muka oleh kaki tangan rezim terhadap toke baru dari Tiongkok, sebuah negara komunis. Sebelumnya dilakukan pendekatan berbeda untuk toke lainnya yakni Amerika Serikat.

Sehingga kita harus menyimpulkan bahwa dikotomi antara Islam dengan Komunisme (dalam tanda petik) akan tetap ada. Posisi ini akan berbahaya untuk keutuhan bangsa. Tidak ada jalan pedang yang baik untuk keduanya.

Islam dan Komunisme adalah sesama anak bangsa yang telah kalah. Yang perlu dilakukan adalah menarik benang merah, demi tugas utopia bagi bangsa ini.

Benang merah antara Islam dengan Komunisme adalah Sosialisme. Mekah sebelum Islam adalah kota paling kapitalis dan egaliter. Tidak ada yang tidak mereka jual, onta, permadani, kurma, dan orang sebagai budak. Bahkan Ka'bah dijual sebagai wisata religius bagi kaum pagan dan kafilah asing yang berkunjung saban tahun.

Ketika Nabi Muhammad mendapatkan kerasulannya, selain tauhid dan akhlak, beliau mengajarkan sosialisme, kesetaraan derajat, pembebasan budak, menghapus riba, membela fakir miskin dan anak yatim. Spirit demikan, pula terdapat dalam doktrin komunisme.

Sehingga kita tidak perlu terkejut bila di negara-negara Islam juga banyak tumbuh partai bermazhab komunis, sebutlah Popular Front for Liberation of Palestine di Palestina, Syrian Communist Party di Suriah, National Liberation Front - Bahrain, Communist Party of Afganistan, Egyptian Communist Party di Mesir, dan seterusnya.

Islam dan "hantu" komunisme tidak perlu terus bising. Keduanya harus sama-sama lihai untuk mengidentifikasi musuh bersama (public enemies), yang telah merusak bangsa ini dan mengadu domba. Musuh utama kita adalah kebodohan diri dan anasir-anasir perusak dalam negara: koruptor dan siapapun yang melindungi mereka serta para budak atau antek kepentingan asing.

Musuh utama kita adalah politik kekuasaan dan cara-caranya yang jahat. Politik kekuasaan pula yang telah merantai dan hampir memancung Imam Syafi'i, memenjarakan dan membunuh Imam Hanafi, menyambuk Imam Maliki, serta menyiksa Imam Hambali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun