Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negara Autopilot Sebuah Solusi

17 Oktober 2020   09:49 Diperbarui: 20 Oktober 2020   21:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara dapat berjalan secara ilmiah bila anasir-anasir politik di dalamnya bisa dibatalkan. Mereka berdusta tentang demokrasi. Mereka menertawai Machiavelli. Mereka merilis melodrama dan memborong semua peran protagonis. Bahkan oposisi hanyalah oligarki yang tertunda. Mereka akan sama saja, sampai dibuktikan sebaliknya.

Campur tangan terlalu kuat politik oligarki bisa menyebabkan arah negara berjalan terbalik, menuju distopia. Politik bahkan sudah sangat lama tercerabut dari akar etimologinya, tentang mimpi indah warga kota versi Yunani atau ars politica versi Romawi yang berarti kemahiran tentang masalah-masalah kenegaraan.

Bahkan mungkin diksi-diksi politik abad ini bagai eufemisme di balik tabiat kolektif cara sirkus guna mempertahankan atau mengambil kekuasaan.

Atau ketika manusia-manusia politik yang sedang membonceng dan dihidupi oleh negara menciptakan teori kebenarannya sendiri.

Dalam orkestra demokrasi yang nyata, absurditas tak lagi dipandang cacat: dinasti, feodalis, paternalis, etnosentris, kultus individu dan bentuk-bentuk non-etik lainnya yang menyebabkan demokrasi hanyalah jenama untuk menyembunyikan oligarki.

Negara harus dibersihkan dari akar-akar politik kekuasaan oligarki dengan seperangkat teori-teori kelirunya yang jauh dari esensi. Kita bisa memegang dua konsep politik.

Pertama, pandangan klasik Aristoteles yang mengemukakan bahwa politik digunakan untuk mencapai suatu kebaikan universal yang dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi daripada kepentingan di luar itu.

Kedua, pandangan modern Max Weber, bahwa politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Ia melihat negara dari sudut pandang yuridis formal yang statis dan memperkenalkan suatu bentuk ideal (ideal type) untuk negara modern dan rasional.

Konsep Aristoteles mempersyaratkan penyelenggara negara yang bijak serta bermoral tinggi dan Weber mengidamkan negara dikelola secara ilmiah, bebas dari jari jemari politik yang karut dan distopis.

Unit-unit kerja profesional dalam tubuh negara seperti aparat hukum harus dijauhkan dari suruhan-suruhan politik oleh satu atau sekelompok elite yang sulit beradaptasi dengan konsep negara modern versi Weber sekaligus filsafat moral negara yang diamanatkan Aristoteles.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun