Lee merantau ke Perancis untuk mencoba peruntungannya. Namun dapat ditebak ia tertolak, lalu kembali lagi setelah Ratu Elizabeth diganti oleh Raja James I: hasilnya sama. Keganjilan reaksi ini menjadi seragam -mungkin- di belahan dunia mana saja sebelum berkobarnya revolusi industri. Hanya teknologi senjata yang tak pernah tertolak.
Sebagai catatan, Romawi dan Inggris adalah monarki setengah absolut karena ada kekuatan penyeimbang seperti Senat dan Baron. Berbeda dengan raja-raja absolut yang tidak peduli munculnya gejolak sosial, karena mudah saja dilumpuhkan oleh militer istana. Anehnya inovasi -- inovasi tidak tampak muncul dari negara -- negara semacam itu, setidaknya yang berada di luar lingkar istana.
Tiongkok memiliki sejarah kedigdayaan pelayaran lintas benua, namun di tangan Dinasti Ming, para kaisar mengandangkan armada lautnya untuk menghindari penghancuran kreatif yang akan memerosotkan kekuasaan di tangan mereka, lalu melaksanakan sistem ekonomi tertutup berabad-abad.
Untunglah sebagian rezim yang mengekang itu segera runtuh dan siklus hukum besi oligarki tamat oleh Revolusi Agung di Inggris (1688) setelah dimulai dengan Magna Charta 500 tahun sebelumnya, kemudian Revolusi Perancis (1789), serta Restorasi Meiji (1868) di Jepang.
Dalam sejarah modern, sejumlah negara di Afrika masih bercokol para diktator yang menjadi pelipatgandaan atau tumpukan seluruh keburukan tiran yang pernah ada. Adalah Kongo yang pernah dijajah rezim Joseph Mobutu (1965 - 1997) hingga kehabisan nafas.
Mobutu dan kalangan elite di sekitarnya hidup melimpah dengan julukan Les Grosses Legumes atau Sayur Gendut sedangkan rakyatnya serupa kulit membalut tulang. Mobutu membangun istana dan menyewa jet pribadi supersonik untuk berbelanja tanah dan kastil di Eropa. Keadaan justru makin memburuk dan berdarah setelah Mobutu digulingkan Laurent Kabila.
Dalam bab terakhir sejarah kita, ajaran kembar liberalisme dan perdagangan bebas yang berlayar ke seluruh dunia bersama misi kapal uap Britania Raya masih terus bertengger di panggung sejarah. Meski Uni Sovyet melakukan interupsi atas suatu dalil sosio-komunis menuju kediktatoran utopia kaum proletar.
Sedangkan Amerika Serikat mengumumkan diri sebagai polisi dunia sembari menyebarkan manfaat-manfaat demokrasi dan HAM ke dunia ketiga, bahkan dalam misi kotbah ideologinya, rudal dan F16 kadang ikut dilibatkan. ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H