Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hukum Besi Oligarki

18 Februari 2019   12:02 Diperbarui: 19 Februari 2019   22:58 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bluestatedaily.com

Lee merantau ke Perancis untuk mencoba peruntungannya. Namun dapat ditebak ia tertolak, lalu kembali lagi setelah Ratu Elizabeth diganti oleh Raja James I: hasilnya sama. Keganjilan reaksi ini menjadi seragam -mungkin- di belahan dunia mana saja sebelum berkobarnya revolusi industri. Hanya teknologi senjata yang tak pernah tertolak.

Sebagai catatan, Romawi dan Inggris adalah monarki setengah absolut karena ada kekuatan penyeimbang seperti Senat dan Baron. Berbeda dengan raja-raja absolut yang tidak peduli munculnya gejolak sosial, karena mudah saja dilumpuhkan oleh militer istana. Anehnya inovasi -- inovasi tidak tampak muncul dari negara -- negara semacam itu, setidaknya yang berada di luar lingkar istana.

Tiongkok memiliki sejarah kedigdayaan pelayaran lintas benua, namun di tangan Dinasti Ming, para kaisar mengandangkan armada lautnya untuk menghindari penghancuran kreatif yang akan memerosotkan kekuasaan di tangan mereka, lalu melaksanakan sistem ekonomi tertutup berabad-abad.

Untunglah sebagian rezim yang mengekang itu segera runtuh dan siklus hukum besi oligarki tamat oleh Revolusi Agung di Inggris (1688) setelah dimulai dengan Magna Charta 500 tahun sebelumnya, kemudian Revolusi Perancis (1789), serta Restorasi Meiji (1868) di Jepang.

Dalam sejarah modern, sejumlah negara di Afrika masih bercokol para diktator yang menjadi pelipatgandaan atau tumpukan seluruh keburukan tiran yang pernah ada. Adalah Kongo yang pernah dijajah rezim Joseph Mobutu (1965 - 1997) hingga kehabisan nafas.

Mobutu dan kalangan elite di sekitarnya hidup melimpah dengan julukan Les Grosses Legumes atau Sayur Gendut sedangkan rakyatnya serupa kulit membalut tulang. Mobutu membangun istana dan menyewa jet pribadi supersonik untuk berbelanja tanah dan kastil di Eropa. Keadaan justru makin memburuk dan berdarah setelah Mobutu digulingkan Laurent Kabila.

Dalam bab terakhir sejarah kita, ajaran kembar liberalisme dan perdagangan bebas yang berlayar ke seluruh dunia bersama misi kapal uap Britania Raya masih terus bertengger di panggung sejarah. Meski Uni Sovyet melakukan interupsi atas suatu dalil sosio-komunis menuju kediktatoran utopia kaum proletar.

Sedangkan Amerika Serikat mengumumkan diri sebagai polisi dunia sembari menyebarkan manfaat-manfaat demokrasi dan HAM ke dunia ketiga, bahkan dalam misi kotbah ideologinya, rudal dan F16 kadang ikut dilibatkan. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun