Hal-hal lainnya menjadi ikut diperhitungkan, terutama soal kecemburuan tidak hanya soal penguasaan tanah tapi melebar ke hal-hal lainnya.
Dengan anggaran yang sama, masing-masing memperoleh sekitar Rp 2 triliun per tahun, Pemkot Batam terlihat kepayahan melaksanakan pelayanan publik dan tercekik defisit dipadu dengan kekurangcakapan dalam menahan kebocoran PAD (ekspos KPK: Basaria Panjaitan menyebut serapan PAD Batam hanya 5o % dari potensi), sementara BP Batam terlihat selalu mewah.Â
Misalnya saja, Dinas Pariwisata Kota Batam hanya memperoleh alokasi APBD 2018 sebesar Rp 6,9 Miliar yang hanya cukup untuk gaji setahun dan paling-paling cetak brosur, sementara BP Batam melalui Batam Menari 2018 konon menghabiskan Rp 7 miliar (dengan biaya sendiri dan sponsorship) hanya dalam hitungan jam. Menggelar poya-poya ekstravaganza di pekarangan tetangga yang sedang kesulitan, sebaiknya jangan dibiasakan, kata Aquaman~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H