Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dialektika Moralitas dalam Epos Hang Tuah

23 Juli 2018   11:25 Diperbarui: 25 Agustus 2018   19:58 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari pendapat Kant kita kemudian menemukan benang merah bahwa Jebat berada dalam ketidaksesuaian untuk meruntuhkan legalitas penguasa dengan alasan moral apapun. Sedangkan Tuah dijunjung tinggi berkat ia berada di dalam kesesuaian itu.

Lalu apakah tulisan ini berpretensi untuk memperuncing friksi Tuah-Jebat? Ketika Kant dan pejuang moralitas lainnya akan memihak Jebat. Mungkin Tuah sudah benar pada zamannya, tapi Jebat adalah manusia yang berani melampaui zaman itu.

Tuah adalah seorang yang idealis khas era feodalisme, dan Jebat adalah seorang pragmatis yang berkiblat kepada kebenaran. Kendati di masa itu Jebat dianggap menggunakan pragmatisme negatif (meminjam William Ernest Hocking), atas asas yang mengatakan bahwa apabila suatu ide tidak bekerja, maka tidak mungkin akan benar.

Konon dengan kedigdayaan keris Taming Sari yang jatuh ke tangannya, Jebat mengamuk seorang diri, mengusir Sultan Malaka Manshur Syah dan bala tentaranya. Ia mengosongkan istana dan menyisakan dayang-dayang untuk berpesta pora.

Ketika Tuah-yang sebenarnya tidak dibunuh tapi disembunyikan oleh Datok Bendahara-dipulihkan kembali jabatannya sebagai laksmana, maka logika kita sedikit terusik. 

Tuah menyisakan teka teki apakah ia tega membunuh Jebat semata mengabdi demi sultan atau soal politik kekuasaan di lingkar istana.

Lalu siapakah reinkarnasi Tuah dan Jebat di orde milenial kini? Mulailah menebak-nebak, mencocok-cocokkan, dan menarik konklusi, apakah yang kini dominan untuk ditinggikan, legalitas kah atau moralitas? 

Bukan pula tulisan ini untuk melaga antara legalitas dan moralitas, jika keduanya berada di dalam bingkai yang sama, maka itu adalah jalan menuju utopia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun