Jejak digital memang kejam, kata seorang warganet mengomentari tabiat seorang pesohor yang terciduk: dulu bilang A sekarang B. Atau janji-janji yang terserap ke ruang maya yang tak jua terlunaskan. Orang tidak perlu mengingat semuanya, cukup mengandalkan mesin pencari dan secepat kedipan mata, jejak-jejak itu sudah terlacak.
Kita kini ibarat sebutir debu kosmos di semesta raya digital yang terus berkelindan. Tidak ada tempat bersembunyi ketika kita sudah memilih jalan hidup milenial. Kita sudah terikat dan segala konsekuensi mesti ditanggung sendiri. Utamanya kepada figur publik yang lidahnya tidak bertulang, berhati-hatilah ketika di masa depan jejak digital Anda menjadi senjata makan tuan. Jejak digital akan laksana bom ranjau yang meledakkan penanamnya.
Definisi jejak digital (digital footprint), menurut Sandi S. Varnado, merupakan kumpulan jejak dari semua data digital, baik dokumen maupun akun digital. Jejak digital dapat tersedia baik bagi data digital yang disimpan di komputer maupun secara daring atau online.
Semakin ke sini, jejak digital akan semakin menjangkau tidak hanya seorang penting tapi juga para jelata yang sudah terhubung kepadanya yang melakukan rekam jejak secara selfie atau swakelola. Kita telah mencatat sejarah kita sendiri dengan sangat lengkap dan tanpa tapisan.
Apa yang terjadi di laman Facebook, Twitter, Instagram dan semua jejaring sosial serta ruang baca berbasis web adalah sejarah bagi masa depan.
Zaman Milenial atau apa yang melampaui zaman ini di masa hadapan adalah tentang manusia yang membaca teks sejarah dengan sekali ketukan pada layar gadget atau tanpa benda padat apapun dengan sesuatu yang dipanggil: layar virtual.
Sejarah atau historia hari ini berarti catatan peristiwa yang diperoleh melalui penelitian dan studi tentang masa lalu dan bersifat faktual, sosiologis-antropologis terutama tentang raja - raja dan silsilahnya, kronologi kejadian - kejadian besar yang terbatas dan kadang bias, maka di masa depan ia adalah teks, suara, video, sketsa, grafis dan visualisasi imajiner yang mampu menjangkau semua elemen manusia, mulai dari menara gading sampai akar rumput.
Tertulis di laman tirto.id, manusia masa kini menghasilkan jejak digital jauh lebih besar dan terus menggelembung. Ini terjadi karena masifnya penggunaan gawai pintar.
Tahun 2017 diperkirakan ada 2,32 miliar pengguna gawai di seluruh dunia. Pada tahun ini diprediksi meningkat hingga 2,53 miliar.
Melalui telepon genggam hampir segala jejak digital bisa tercipta. Surel atau email yang dikirim dan diterima, pembaruan status di media sosial, jejak navigasi GPS, hingga foto dan video yang disimpan, semuanya menghasilkan jejak digital.
Dalam laman Techterm, jejak digital terbagi menjadi dua, dilihat dari cara bagaimana suatu kegiatan digital menghasilkan jejak. Ia adalah jejak digital pasif dan jejak digital aktif.