Lebih menyedihkan dari semua itu adalah ketika psikologi massa dimanipulasi oleh politik drama queen. Beberapa kandidat pernah mencoba cara ini dan terbukti efektif. Seseorang yang memainkan emosi secara ekstrem serta melakukan dramatisasi. Kadang-kadang mendudukkan posisinya sebagai seseorang yang terzalimi untuk menimba simpati, lain waktu ia merasa harus menjadi pusat perhatian dengan tampil gemerlap seperti bangsawan, keinginan berlebihan untuk mendapatkan fokus perhatian orang lain, memulai rekayasa sesaat dan apa - apa yang menguntungkan secara politik akan didramatisasi termasuk kampanye hitam.
Pemilih yang cerdas mestinya ditandai dengan kemampuannya menapis semua ujian demokrasi yang datang bertubi - tubi melalui cara - cara pencitraan, artifisialisasi atau kepalsuan serta memiliki daya tahan untuk tidak terhipnotis oleh intrik drama queen. Sebab kalau menunggu e-Voting dengan akurasi sistem database itu, kita harus bekerja lebih keras. ***