Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudahkah Kota Anda Mendekati Kualitas "Supercity"?

13 Januari 2018   09:39 Diperbarui: 14 Januari 2018   10:16 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://charlesayats.fr

Wacana tentang kota utopia sudah mulai dicetus hampir setua peradaban. Kota-kota idaman bahkan telah terbentuk di zaman arca, setidaknya seperti tercatat dalam puncak peradaban Mesir dan Yunani kuna. Tapi hingga abad 21, masih banyak kota yang tak berpisah dengan kebalikannya: distopia.

Kota-kota yang tidak bahagia, kota-kota kotor, penuh polusi, kriminal, konflik dan kenaifan, menjadi tanda kegagalan membaca laju sejarah. Ketika 400 tahun Sebelum Masehi Pericles telah merancang kota sebagai tempat berkumpul yang harmoni. Sezaman itu Hippodamus sudah membentuk kota dengan grid yang menjamin kelegaan bergerak dalam keteraturan.

Ribuan tahun pula, kota-kota hebat dunia sudah ditatalaksana menjadi demokratis, harmonis-utopis. Sementara kota-kota di belakangnya masih sibuk mengurus permukiman kumuh, macet dan luapan air bah kala hujan. Sebagian terperanjat dengan kekinian, semisal tentang alat angkut daring yang dimusuhi, atau tentang penegahan toko swalayan yang merambah kemana-mana, dengan membawa-bawa dikotomi asal comot: kapitalis versus sosialis.

Secara filosofis, kota dirancang sebagai pusat keunggulan manusia. Setiap kota menjadi tempat kesempatan kepada semua orang untuk maju, sejahtera, religius dan bahagia bersama. Kota adalah wahana belajar dan membangun peradaban unggul, untuk berlomba-lomba menampilkan kemegahan tamadun di antara bangsa-bangsa lain.

Namun pada kenyataannya, banyak kota menjadi ruang kepahitan, kesempitan lapangan kerja, kekumuhan tata ruang dan menyerempet bahaya di lorong-lorong gelap setiap sudutnya. Ketika kota-kota lain sedang menyediakan wahana belajar yang anggun dengan segala pesonanya, lebih banyak kota berada dalam perebutan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. 

Kota-kota maju lagi bahagia menikmati moda transportasi super mutakhir, aman dan memacu produktivitas tinggi, kota-kota yang tertinggal menampakkan wajah angkutan yang arkais bahkan melawan modernisasi. Saat pemukiman dibangun dengan estetis untuk menyempitkan ruang kekumuhan, kita bahkan sulit untuk membangun rasa adil antara pengutang yang dikejar-kejar debt collector karena berani membeli rumah sehat, dengan mereka yang meminjam rasa aman di pemukiman liar. Dan ketika politisi-politisi kurang ide memandang dengan rasa iba hanya kepada golongan terakhir.

Dilema sosial di tiap kota harus dapat dituntaskan dan untuk itu dibutuhkan pemimpin nan heroik. Kota yang memiliki mimpi utopia sedang menunggu pemimpin heroik itu. Kota membutuhkan visioner kacamata kuda demi menuntaskan masalah-masalah elementer yang berlarut-larut. Mampu membangun motivasi kepada warganya supaya unggul bersama, tidak kemudian salah tingkah ketika mendengar lagu serak humanisme hingga membuat warganya takut memandang masa depan dan terus-terusan mengasihani diri sendiri.

Pinjamlah Big Stick Policy dari Theodore Roosevelt: bicaralah dengan lembut, akan tetapi siapkan pentungan besar. Bila perlu, pakailah perintah Tuhan pada Musa untuk berlembut- lembut bahkan kepada Firaun meskipun harus berakhir di Laut Merah. Sehingga apapun yang lintang pukang dan menghambat kemajuan kota segera terbereskan tanpa perlu meninggikan volume suara.

Sebagai model dan inspirasi, berikut ini ditampil profil beberapa kota terbaik di dunia yang mereka sebut Supercity. Pertama, Curitiba, Brazil. Dari hasil survei 99 % warga mengaku bahagia dengan Curitiba. Kota ini paling sering dijadikan referensi dalam penataan kota serta banyak meraih penghargaan internasional. Mampu menciptakan solusi-solusi kreatif dan dipenuhi area hijau.

Kedua, New York, Amerika Serikat. Memiliki Central Park yang sangat luas dan indah. Konser-konser musik besar dan festival film berlangsung di taman. Kehidupan multikultural yang harmonis. Punya perpustakaan umum termegah kedua di dunia. Wali Kota Bloomberg menganggarkan USD 2 miliar hanya untuk menjadikan New York sebagai pusat teknologi utama dunia.

Ketiga, Paris, Prancis. Penataan kota ini dilengkapi dengan fitur-fitur menarik, penataan taman yang indah dan spektakuler. Kota ini dipenuhi orang--orang cerdas dan bahagia. Telah melahirkan gerakan sosial, politikal dan intelektual yang revolusioner. Terdapat surga belanja dan wisata kuliner terbaik dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun