Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Munajat Syawal Seorang Peterpan

9 Juli 2016   18:40 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:20 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi - postmetro.net

Lalu di hari nan fitri setelah Ramadan berakhir, kami menyebutnya sebagai hari kemenangan. Kemenangan atas apa? Bukankah iblis-iblis sudah dirantai dan godaan-godaan lainnya sudah dijauhkan sejauh-jauhnya. Kalau hanya untuk haus dan lapar, seekor ulat bahkan mampu berpuasa berhari-hari lamanya.

****

Ya Majiid, Yang Maha Mulia. Sebagai semak-semak hampir yang takut dibakar, hamba kadang tergoda untuk membanding-bandingkan tata cara beribadah hamba dengan hambaMu yang lain. Di antara kami bahkan saling berbantah-bantah bahwa shalat kami lah yang paling benar. Perbedaan cara ibadah kami segera dapat ditebak dari cara kami berpenampilan. Misalnya antara yang bersarung dan berpeci hitam dengan yang berjenggot dan bercelana cingkrang.

Bahkan ada yang ingin hidup seperti umat pada 14 abad yang lalu di tanah kelahiran nabi kami. Mereka menihilkan peradaban umat manusia baharu di satu sisi, tapi memanfaatkannya di sisi yang lain. Padahal nabi di masa lalu hidup dalam kekinian. Beliau tidak mengadopsi peradaban Nabi Idris yang jauh ketinggalan zaman, misalnya. Di lain sisi pula, di antara kami begitu menyanjung adat leluhur bumi pertiwi dan membaurkannya dengan tata cara ibadah.

Ya Malik, Yang Maha Merajai Hari Akhir. Engkaulah juri agung pada semesta kami. Bahwa kunci surgaMu terletak pada kekuatan iman, keikhlasan, kejernihan kalbu dan rahmatMu yang maha luas. Kami sedikit pun tak punya otoritas untuk menentukan mana ahli surga mana penduduk neraka. Bahkan jika kami hanya semata memusingkan soal surga dan neraka, maka derajat iman kami hanyalah seangkatan dengan spekulan dan budak. Bahwa kecintaan tanpa pamrih kepadaMu atas ibadah-ibadah kami, itulah derajat keimanan paling paripurna. Bukankah Engkau menciptakan jin dan manusia semata-mata untuk beribadah kepadaMu, bukan menjadi peserta sayembara untuk mendapat tiket ke surga atau pecundang yang tergelincir ke neraka.

****

Ya Haliim, Yang Maha Penyantun. Perbaikilah jalan hidup kami, sehingga tahajud-tahajud kami adalah penyerahan diri laksana nabi, bukan karena kami sedang butuh. Lancang nian kami ketika mendudukkanMu laksana biro jasa, untuk menyelesaikan pahit getir kehidupan yang sedang menimpa kami. Kami bahkan “memerintah” Mu untuk menyegerakan prosesnya. Begitu masalah hidup kami sudah terangkat, kamipun segera menutup jam malam untukMu tanpa membayar tagihan. Padahal semestinya kami bertahajud untuk meraih ridhoMu dan berharap mudah-mudahan Engkau mengangkat derajat keimanan kami ke tingkat para wali.

Ya Ghafur, Yang Maha Pengampun. Ampunilah semak belukar hampir yang takut dibakar ini. Bahwa hamba hampir seperti hambaMu yang sempurna tauhidnya. Padahal tidak ya Rabb. Hamba telah menjadikan daki dunia sebagai berhala-berhala sembahan. Setitik penyandaran diri kepada selainMu adalah bentuk kecacatan tauhid kami. Kami selalu mencemaskan hari esok yang telah Engkau tulis dalam Lauh Mahfuz.

****

Ya Lathiif, Yang Maha Lembut. Engkau bisa saja menggantikan kami yang ingkar ini dengan umat yang baru. Tapi Engkau senantiasa menangguhkan azab sampai kepada waktu yang ditentukan. Agar kami selalu punya peluang untuk bertobat. Engkau memperlakukan kami dengan sangat lembut. Padahal perangai dan penentangan yang kami buat atas hukumMu sudah melebihi umat-umat terdahulu.

Engkau membinasakan kaum terdahulu untuk memberi ikhtibar kepada kami. Tapi cerita-cerita tentang azab yang menimpa umat Nabi Nuh, kaum Luth, Firaun dengan bala tentaranya, atau Raja Namrud dengan pasukan bergajahnya, kami jadikan sebagai dongeng pengantar tidur.
****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun