Biasanya saya melintasi pertigaan gajah tunggal saat ke pabrik, dan menggunakan jalur berbeda saat pulang kembali ke rumah karena alasan macet. Saya perhatikan, di pertigaan itu sudah dipasang lampu merah, dan saya lihat sudah berfungsi, tapi kebetulan belok kiri boleh jalan. Hingga suatu waktu saat pulang agak malam saya gunakan jalur gajah tunggal. Kebetulan saat itu sedang merah, jadi saya berhenti dengan patuh. Beberapa saat saya berhenti, rasanya ada yang salah, saya lihat polisi cepek di depan kasih kode untuk jalan terus, tentu saja saya tidak gubris, hingga kemudian mobil yang baru saja mendekat dibelakang saya memberikan kedipan lampu jauh. Saya juga, masih agak bingung, tetap menunggu lampu berganti hijau. Kali ini, baik si polisi cepek maupun mobil dibelakang, menjadi lebih agresif sehingga kini saya dengan galau, campuran bingung-kesal-senang melaju mulus melewati pertigaan tersebut mengambil hak kendaraan di jalur berlawanan yang juga dipaksa berhenti padahal dalam keadaan lampu hijau. Dan begitulah seterusnya hingga kini, meskipun saat-saat tertentu, pak polisi tulen berjaga di pertigaan tersebut.
Begitulah kehidupan disekitar kita sehari-hari. Peraturan ada tapi kebanyakan dibaikan atau ditelikung sehingga tidak efektif lagi menjaga dan memelihara ketertiban umum.
Begitulah juga kita, saya terutama mengakui, terkadang menikmati ketidaktertiban bila menguntungkan kita. Mestinya saya saat itu menolak untuk melanggar, tapi pengalaman hidup membuat keberanian seperti itu menjadi kontra-produktif bagi saya yang bukan siapa-siapa. Keberanian saya begitu saja menciut di area-area diluar kendali saya. Paksaan lingkungan, meskipun tidak saya setujui, menjadi saya setujui dengan terpaksa dan menikmatinya saat situasi menguntungkan bagi saya.
Sudah menjadi sifat dan karakter manusia untuk menolak perubahan karena diluar zona kenyamanan kebiasaan mereka saat itu. Namun dengan konsistensi dan penyadaran terus-menerus serta penegakkan peraturan dan disiplin secara tegas, memaksa orang menerima perubahan itu dan lambat-laun kebiasaan baru itu akan menjadi zona nyaman mereka. Sebagai contoh, dulu saya perokok dan rasanya puluhan cara sudah saya tempuh namun tidak berhasil menghentikan kebiasaan merokok itu hingga suatu saat keadaan memaksa saya untuk menghentikan kebiasaan merokok itu. Saat ini, rasanya sukar sekali saya berada dalam lingkungan perokok, baunya saja sudah membuat kepala saya pusing dan tidak nyaman, seakan-akan saya belum pernah merokok sebelumnya.
Saya kira non sense produktivitas bisa ditingkatkan tanpa adanya tata tertib dan disiplin dalam menjalankan sistem dan prosedur. Mari kita mulai dari AOC (area our control), area-area yang masih dalam kendali kita, seperti keluarga dan tempat kerja, menjalankan tata tertib, sistem dan prosedur dengan konsisten dan tegas agar kita menjadi lebih produktif. Insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H