Mohon tunggu...
Muhammad Nur Kholil
Muhammad Nur Kholil Mohon Tunggu... Editor - Editor

Sebatas Pecandu Oksigen Yang Sedang Merajut Asa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Salah Paham New Normal

12 Agustus 2020   20:56 Diperbarui: 12 Agustus 2020   21:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salah Paham New Normal
Setelah beberapa bulan terakhir sejak virus Covid-19 mulai menginvasi wilayah Indonesia, yang dampaknya tidak pandang bulu menyerang seluruh sendi sektor penting dalam kehidupan kita yang menyebabkan kehidupan dalam masyarakat berubah secara drastis. Di sektor pendidikan, kegiatan belajar-mengajar yang biasanya dilakukan melalui tatap muka, kini harus diganti dengan pembelajaran secara daring. Work From Home menjadi rutinitas baru bagi pekerja kantoran. 

Di kota metropolitan tempat ibadah pun ada yang ditutup untuk ritual keagamaan demi mencegah terjadinya penularan virus antar jamaah. Banyak juga perusahaan swasta yang terpaksa memberhentikan  karyawannya akibat lesunya bisnis yang dijalankan. Kehidupan yang berubah akibat pandemi Covid-19 ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu pemerintah menyatakan masyarakat harus dapat hidup berdampingan dengan Covid-19. 

Hal ini dikarenakan masih belum adanya informasi ataupun riset akurat yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Kini pemerintah mulai membenahi dan membangun kembali hal diatas dengan menyerukan kehidupan normal baru (New Normal), dengan harapan masyarakat dapat segera bisa melaksanakan aktivitas seperti biasa, tetapi dengan cara dan kebiasaan yang baru. 

Seperti dikutip dari pernyataan Juru Bicara Penanganan Covid-19, "Sekarang satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam situasi seperti ini kita bisa produktif namun aman dari Covid-19, sehingga diperlukan tatanan kehidupan yang baru," kata Achmad Yurianto dalam keterangannya di Graha BNPB, Kamis (28/5/2020).

Kehidupan normal baru (New Normal) merupakan skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi dalam masyarakat. Di era kehidupan normal baru ini pemerintah memberikan sedikit kelonggaran kepada masyarakat untuk dapat beraktivitas namun tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, diterapkan tatanan baru tersebut dengan harapan dapat membangun kembali sektor-sektor terdampak terutama sosial-ekonomi  yang sebelumnya terpuruk akibat pandemi Covid-19. 

Namun pada realita yang ada dalam masayarakat pemahaman terhadap Kehidupan Normal Baru (New Normal) seringkali diartikan bahwasanya pandemi Covid-19 telah usai dan bisa mulai lakukan aktivitas seperti sediakala. Sehingga banyak dari masyarakat telah abai terhadap anjuran protokol kesehatan yang telah ditetapkan dan menyepelekannya. T

idak  menggunakan masker, berkumpul bareng, berdesak-desakan di pusat keramaian seperti yang terjadi beberapa waktu lalu saat penutupan salah satu kedai fast food  di Sarinah, Jakarta, adalah beberapa contoh bahwa masyarakat tidak lagi mengindahkan aturan protokol kesehatan yang ditetapkan di Kehidupan Normal Baru (New Normal). Padahal hal tersebut seharusnya dihindari dan tidak boleh dilakukan sebagai bentuk ikhtiar kita agar terhindar dari virus Covid-19. 

Oleh karenanya pemerintah harus segera menerapkan aturan yang tegas dan meningkatkan lagi intensitas frekuensi edukasi kepada masyarakat agar sadar terhadap protokol kesehatan di era New Normal ini.

Akhirnya, besar harapan penulis bagi pembaca tulisan ini agar bisa meningkatkan kesadaran lagi terhadap protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah di Era New Normal sebagai bentuk  kasih dan sayang kita bagi diri sendiri, keluarga, bangsa dan negeri tercinta ini. Juga sebagai langkah nyata bagi kita untuk menekan angka persebaran virus Covid-19 di Indonesia, karena virus Covid-19 telah merenggut ribuan korban jiwa. Perlu dipahami angka bukanlah sekedar angka melainkan ada jiwa dan nyawa yang harus kita lindungi di tengah pandemi ini.

Rabu, 12 Agustus 2020
Muhammad Nur Kholil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun