Mohon tunggu...
Muhammad Najib
Muhammad Najib Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Makhluk yang tak kunjung usai menambang ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Exhibitionist di Omegle

8 September 2010   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_253105" align="alignleft" width="241" caption="Logo Omegle (Sumber: avinashjoshi.co.in)"][/caption] Cerita berawal ketika saya menjadi pengacara di kantor (baca: udah pengangguran, ga ada acara pula). Akhirnya iseng-iseng saya mengunjungi situs pengirim pesan instant buta Omegle. Situs yang lagi ngetren karena mampu mempertemukan dua orang stranger alias tidak saling mengenal sama sekali. Yah itung-itung buat latihan bahasa Inggris saya yang belum seberapa mahir kalau dibandingkan sama Putri Indonesia kita. Singkat cerita pada suatu saat, stranger di seberang sana menyapa dengan Nihongo yang entah saya sendiri juga ga tau artinya apa. Saya sapa pakai bahasa Inggris, tapi jawabannya malah: English is not understood. Jadilah sama-sama bingung, mau pakai bahasa tarzan juga ga bisa. Saya sudah terlanjur excited ketemu orang Jepang, karena daritadi orang Amrik melulu. Untungnya ada website yang menurut saya pantas dinominasikan meraih noble: Google Translate. Yah meskipun rada ribet dan lama, tapi cukup efektif walaupun tidak efisien. Beberapa lama saya ngobrol dengan, sebut saja, Ran*. Akhirnya obrolan pindah ke MSN messenger. Ran ini ternyata masih kecil, umurnya baru 15 tahun, masih kelas 1 kōtōgakkō atau bahasa sininya kelas 10 SMA. Yasudahlah ga apa-apa, lumayan daripada ga sama sekali. Haha. Ran ini ngakunya tinggal di sebuah condo di Fukuoka City. Bayangan saya tinggal di condo tentunya cukup kaya. Obrolan lancar mengupas hal-hal ringan karena saya memang tertarik dengan negeri para samurai ini. Sampai suatu saat dia mulai mengirim gambar. Pertama gambar screen shot dari desktop komputer dia, yang memang seluruh bahasa operating system windows nya berbahasa Jepang. Kemudian datang gambar selanjutnya yang cukup seronok. Waduh, dalam hati, orang ini ga bener nih. Bukannya tidak suka (Hahaha) tapi saya miris melihat kelakuan dia, masih kecil kok kayak gitu. Setelah saya tanya-tanya akhirnya dia cerita juga. Katanya "I have abnormal sex drive", dia juga ngomong punya kerja yang rahasia. Ujung-ujungya seperti yang saya duga sebelumnya dia melayani jasa kencan bayaran. Duh, parah juga ini anak. Dia bilang sehari dia dapat 50 ribu yen, dan dia jual keperawanannya 100 ribu yen. Ngakunya dia suka seperti itu karena suka menghancurkan keluarga. Ini petikan jawabannya: Family is not bad. I want to ruin family. It's very interesting. Psycho atau freak? Sebenarnya saya kasihan, mungkin dia pernah mengalami trauma sampai menyebabkan kelainan seperti itu. Tapi apa daya, saya bukan ahli psikologi ataupun psikiater. Saya juga ga kenal Seto Mulyadi-nya Jepang itu siapa. Jadi ya berdoa saja semoga keluarganya segera tahu dan membawa ke therapist. Ya begitulah kira-kira curhat ga penting saya. Pelajaran yang dapat dipetik adalah: melalui internet kita bisa bertemu siapa saja. Mulai dari pelajar, pekerja, professor, penjahat sampai psikopat, semuanya mungkin kita temui. Mulai dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, FourSquare sampai komunitas blogger seperti Kompasiana ini. Sedikit memodifikasi kata-kata Forrest Gump: Internet is like a box of chocolate, you will never know who you are gonna meet. Sudah seharusnyalah kita mawas diri dan waspada dalam berselancar di dunia maya ini. Semoga bermanfaat, Salam. catatan kaki: *Nama disamarkan demi privasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun