[caption id="attachment_331392" align="alignnone" width="620" caption="sumber: http://media.joe.ie/wp-content/uploads/2014/01/robot-job-header.jpg"][/caption]
“Boleh dong pakai robot, supaya (produksi) barang kita ini lebih efisien. Satu robot bisa menggantikan 4 sampai 5 tenaga kerja.” – Muhammad Lutfi (Menteri Perdagangan RI)
Pernyataan di atas menebarkan benih ketakutan kepada umat manusia khususnya rakyat Indonesia tentang kemungkinan robot “memakan” lapangan pekerjaan manusia. Suatu permasalahan menyangkut perkembangan kecerdasan buatan dan robot yang cukup meresahkan di samping technological singularity.
Rasanya terlalu jauh untuk memikirkan kehidupan buatan dengan kecerdasan artifisial yang sedemikian rupa sehingga menghasilkan synthetic consciousness untuk kemudian mendominasi kehidupan ras manusia seperti halnya manusia mendominasi kerajaan metazoa dan plantae. Too far fetched. Kita terlalu banyak dicekoki oleh film dystopian sci-fi.
Ancaman yang lebih dekat adalah: komputer secara berangsur-angsur dapat menggantikan pekerjaan manusia hingga terpinggirkan kemudian terjadi peningkatan pengangguran. Menurut penelitian dari Oxford University, 47% lapangan pekerjaan di AS berada dalam ancaman untuk diotomasikan. Pekerjaan saya, pekerjaan anda, setiap pekerjaan akan dilakukan oleh robot.
Berikut infografik dari Bloomberg
[caption id="attachment_331396" align="alignnone" width="610" caption="sumber: http://www.bloomberg.com/infographics/2014-03-12/job-automation-threatens-workforce.html"]
Pemikiran tersebut berdasar pada paham Luddisme, yang merupakan pergerakan perajin tekstil di Inggris pada abad 19. Perkembangan mesin pemintal dan penenun yang merupakan hasil dari revolusi industri mengancam lahan pekerjaan perajin dengan upah dan skill rendah. Secara garis besar idenya adalah bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia terbatas dan statis. Pemikiran yang dibantah oleh Milton Friedman, bahwa kebutuhan manusia tak terbatas, maka selalu ada hal lain yang harus dikerjakan.
Manusia Sang Penyintas
Tak terpungkiri bahwa sebagai konsumen kita tidak pernah menolak perkembangan teknologi yang memberikan produk lebih baik meskipun berarti hilangnya pekerjaan orang lain. Perkembangan teknologi dan industri seperti pedang bermata ganda, ada risiko yang melekat, harga yang harus dibayar. Tetapi apakah karena itu kita harus menolak perkembangan teknologi? Tidak. Sepanjang sejarah, manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik. Manusia akan selalu mencari titik kesetimbangan.
Kemudian apa yang harus umat manusia lakukan untuk mengurangi risiko kerusakan, khususnya bagi individu, akibat dari perkembangan teknologi, seperti di Indonesia?
- Meningkatkan akses ke pendidikan dan pengembangan kemampuan individu melalui, lagi-lagi, teknologi (informasi).
- Mendorong perkembangan industri kreatif dan (khususnya di Indonesia) industri kecil menengah yang memilki karakter cenderung padat karya, alih-alih padat modal.
- Membuat dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaring pengaman social (social safety net). Perkembangan teknologi yang berimbas pada peningkatan produktivitas akan memberikan insentif untuk sistem ini.
Konsekuensi preferensi penggunaan robot dibanding tenaga manusia adalah penurunan biaya. Bayangkan suatu saat, dalam dunia utopis konsumen, kebutuhan dasar - energi, layanan kesehatan, sandang, pangan, papan, transportasi – disediakan secara cuma-cuma oleh robot.
[caption id="attachment_331398" align="alignright" width="232" caption="sumber: http://www.bloomberg.com/infographics/2014-03-12/job-automation-threatens-workforce.html"]
Situasi ini memungkinkan manusia untuk lebih fokus kepada bidang seni dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, filosofi, eksperimentasi, eksplorasi kosmos. 6 - 10 miliar manusia di bumi fokus memberikan sumbangan pada bidang tersebut, ledakan akselerasi yang dihasilkan akan fantastis.
Jadi apakah robot akan memakan semua lapangan pekerjaan kita?
Tidak.
Ada empat alasan yang dikemukakan oleh Marc Andreessen.
Pertama, robot dan kecerdasan buatan, untuk saat ini, tidaklah secanggih dan sehebat seperti yang orang bayangkan. Ada jurang yang lebar antara apa yang kita ingin mereka lakukan dengan apa yang mampu mereka lakukan.
Kedua, meskipun suatu saat robot dan kecerdasan buatan telah mampu menjadi lebih canggih dan kuat, masih ada hal-hal yang robot tidak dapat tandingi dari manusia. Hal-hal seperti kreativitas, inovasi, seni dan kebudayaan, sains, keterikatan emosi, empati, simpati dan lain-lain. Kita tidak bisa memikirkan bagaimana cara membuat robot melakukan hal-hal tersebut.
Ketiga, ketika otomasi berlimpah dan murah, interaksi antar manusia akan menjadi hal yang jarang dan berharga. Ketika rekaman music digital harganya menjadi nol, industri pertunjukan musik akan meledak. Ketika baju buatan mesin semakin murah, kain hasil tenun tangan akan banyak dicari.
Keempat, banyak pekerjaan yang kita lakukan sekarang belum tercipta 100 tahun yang lalu. Maka dari itu, 50, 100, 200 tahun dari sekarang akan muncul pekerjaan-pekerjaan yang belum ada dan belum mampu kita bayangkan sekarang.
Konklusi
Kemajuan teknologi bukanlah suatu proses jinak tanpa korban, pun bukan sesuatu yang harus kita hindari. Artur C Clarke pernah memprediksi bahwa suatu saat akan datang akhir masa dari menial labor (mental or manual) akibat dari mekanisasi, bahwa tujuan utamanya adalah mengeliminasi 99 persen aktivitas manusia. Sekarang tinggal bagaimana manusia, khususnya rakyat Indonesia, mensikapi gejala ini. Mengurangi korban dari risiko yang datang bersama kemajuan. Sebuah perlombaan antara teknologi dengan kreativitas dan edukasi.
Referensi:
Andreessen, M. (2014, June 13). This is Probably a Good Time to Say That I Don’t Believe Robots Will Eat All the Jobs … Retrieved from http://blog.pmarca.com/2014/06/13/this-is-probably-a-good-time-to-say-that-i-dont-believe-robots-will-eat-all-the-jobs/
Firth, N. (2014, May 4). Robots Will Take Our Jobs. Retrieved from http://www.slate.com/articles/health_and_science/new_scientist/2014/05/robots_taking_jobs_
technology_will_replace_driving_routine_physical_labor.html
Belfiore, M. (2014, March 22). When robots take our jobs, humans will be the new 1%. Here's how to fight back. Retrieved from http://www.theguardian.com/commentisfree/2014/mar/22/robot-jobs-humans-used-to-do-fight-back
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H