Mohon tunggu...
Mimah Nur Baiti
Mimah Nur Baiti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mimah Nur Baiti dengan nama pena mneequeen akrab dipanggil Ima di kampus adalah anak bungsu yang keras kepala, suka melamun, sering cemberut dan hobi ngomong sendiri. Ima senang membaca dan menulis cerpen sejak umur 12 tahun. Salah satu karyanya terpilih untuk diterbitkan di dalam buku antologi cerpen Seribu kisah; Sebuah kasih; Palung; Pulang (2022).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suara Perempuan dalam Kesusastraan Indonesia

9 Desember 2024   17:55 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Dimanakah suara-suara perempuan, ketika dunia dan seisinya ditutupi teriakan laki-laki?" 

Pertanyaan ini kerap muncul ketika saya melihat berita tentang perempuan di media-media kabar. Lebih mengejutkan bahwa ternyata pertanyaan serupa banyak digemakan dalam wacana sastra indonesia, di mana bahasa digunakan bukan hanya sebagai alat komunikasi-ekpresi, tetapi juga medan perjuangan. Setelah beberapa kali membaca karya-karya yang mengangkat masalah serupa, atau bahkan membahasnya begitu dalam, saya akhirnya mendengar keberadaan suara-suara mereka.

Suara-suara yang hilang sejak abad-abad lalu, hadir dan muncul dalam karya-karya sastra. Sastra di sini menjadi ruang untuk para perempuan berbicara—mengungkapkan pengalamannya dalam menghadapi ketidakadilan, dan mimpi-mimpi mereka yang terpendam. Melalui pilihan kata, simbol, dan narasi, pengarang perempuan menciptakan dunia di mana isu gender dan identitas menjadi pusat perhatian. 

Bahasa perempuan dalam sastra Indonesia kerap mencerminkan kompleksitas kehidupan mereka: dari dilema domestik hingga perlawanan terhadap norma patriarki yang mendarah daging di dalam masyarakat. Jika melihat karakteristik Bahasa Perempuan dalam Sastra, para penulis perempuan memiliki gaya unik yang menonjolkan pengalaman batin, hubungan interpersonal, dan kepekaan terhadap konteks sosial. Dalam tulisannya, Adlani, S (2005) menyebutkan bahwa bahasa perempuan sering kali menggambarkan pengalaman personal dan batin yang mendalam, serta memiliki kekuatan untuk mendobrak narasi dominan. Dia juga menyatakan bahwa penulis perempuan menggunakan bahasa untuk mengartikulasikan perasaan, emosi, dan resistensi terhadap struktur sosial patriarki. Kita ambillah karya-karya Nh. Dini, misalnya, bahasa digunakan untuk merepresentasikan pergulatan batin tokoh perempuan yang menghadapi dilema sosial dan personal, seperti tampak pada novel Pada Sebuah Kapal, karya tersebut menonjolkan narasi intim yang menggambarkan kerinduan, frustrasi, dan perjuangan seorang perempuan di lingkungan yang mendominasinya. 

Selanjutnya dalam Saman karya Ayu Utami, tubuh perempuan menjadi metafora bagi kebebasan dan penolakan terhadap norma patriarki. Melalui pilihan diksi yang lugas dan berani, Ayu menyampaikan eksplorasi seksualitas sebagai bentuk pemberontakan tanpa mengindahkan ketabuan mengenai persoalan seksual. Rene Wellek dan Austin Warren dalam Theory of Literature (1948) berpendapat bahwa sastra adalah cermin masyarakat. Dalam hal ini, Saman atau Pulang mencerminkan perjuangan melawan norma-norma patriarki dalam masyarakat Indonesia. Narasi eksploratif Ayu Utami menantang norma sosial tentang seksualitas dan peran gender, mencerminkan semangat perlawanan terhadap norma-norma yang membatasi perempuan.

Dilanjut dengan Cerpen Perempuan di Persimpangan Zaman karya Ratna Indraswari Ibrahim, kita dapat mendengar suara perjuangan perempuan mencari kebebasan di tengah tekanan tradisi. Lalu, dalam Cerita Calon Arang versi pengarang perempuan, tokoh utama dipandang sebagai korban ketidakadilan gender, bukan sekadar penyihir jahat seperti dalam versi tradisional. Dalam konteks ini, bahasa perempuan dalam kesusastraan Indonesia dapat dijadikan sebagai alat Perlawanan terhadap Patriarki. 

Selain itu, bahasa perempuan juga digunakan untuk menyuarakan pemberdayaan, seperti dalam surat-surat Kartini, misalnya, terlihat bagaimana Kartini menunjukkan bahwa bahasa dapat menjadi senjata yang kuat untuk menyuarakan aspirasi di tengah keterbatasan. Melihat pengaruh zaman terhadap Bahasa Perempuan dalam Sastra, telah berkembang seiring waktu, mencerminkan perubahan sosial dan budaya. Pada era sastra klasik, karya-karya seperti Surat-surat Kartini menggunakan bahasa yang halus dan penuh metafora, ementara di era modern, pengarang seperti Ayu Utami dan Leila S. Chudori menggunakan bahasa yang lebih eksploratif dan langsung untuk membahas isu-isu seperti seksualitas, politik, dan identitas secara gamblang tanpa ditakut-takuti atau berada dalam bayang-bayang. 

Di era digital, bahasa perempuan semakin berkembang, contohnya melalui platform Wattpad dan Instagram. Sastra perempuan dalam bentuk puisi digital atau cerita pendek menjadi lebih sederhana, tetapi tetap mencapai target pemcara dengan relevansi yang tinggi, ini menunjukkan bahwa memang bahasa perempuan akan tetap relevan dan adaptif dalam berbagai konteks zaman.

Bahasa perempuan dalam sastra Indonesia seperti jembatan bagi arah jalan mana saja, dari karya klasik seperti surat-surat Kartini hingga sastra kontemporer seperti Saman dan Pulang, bahasa perempuan terus berkembang, menjadi alat untuk menyuarakan isu gender dan melawan patriarki. Teeuw, A (1984) dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra menyatakan bahwa sastra berfungsi sebagai refleksi dari dinamika sosial dan budaya. Sastra perempuan, menurut Teeuw, adalah salah satu bentuk dokumentasi perjuangan perempuan dalam masyarakat patriarki. Studi lebih lanjut tentang bahasa perempuan penting dilakukan untuk memperkaya pemahaman kita tentang sastra Indonesia, sekaligus membuka ruang bagi perempuan untuk terus berkarya dan bersuara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun