Mohon tunggu...
Muhammad NaufalRaihan
Muhammad NaufalRaihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penanganan Stunting di Kelurahan Gunungtandala Melalui Inovasi Cemilan Tinggi Protein oleh Mahasiswa KKN Tematik UPI

9 Agustus 2022   01:24 Diperbarui: 9 Agustus 2022   01:25 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tasikmalaya, (27/07/2022) - Stunting adalah keadaan gagal tumbuh kembang pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Gizi buruk terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa-masa awal setelah bayi lahir, namun kondisi stunting baru muncul setelah bayi berusia 2 tahun.

            Stunting pada anak harus menjadi perhatian dan diwaspadai. Kondisi ini bisa menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika tidak segera ditangani, stunting dapat berdampak jangka panjang pada anak. Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, namun gizi yang tidak mencukupi juga mempengaruhi kekuatan sistem imun terhadap perkembangan otak anak.

            Pada dasarnya stunting pada balita tidak dapat disembuhkan, namun dapat dilakukan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini, bahkan selama kehamilan. Pencegahan stunting yang bisa kita lakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat, terus memantau tumbuh kembang anak, dan selalu jaga kebersihan lingkungan

            Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka stunting atau tumbuh pendek pada anak turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018. Dan pada saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia sudah berangsur-angsur turun, dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 24,4 persen pada 2022 berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia. Meski tren stunting sudah menurun, namun hal ini masih di bawah rekomendasi World Health Organization (WHO) yang kurang dari 20 persen. Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.

            Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk yang dialami ibu hamil dan balita. Intervensi paling menentukan untuk menurunkan prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) balita. Beberapa penyebab stunting adalah pola asuh yang kurang baik seperti kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sebelum, selama kehamilan dan setelah melahirkan. Masih terbatasnya pelayanan kesehatan seperti pelayanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan, pelayanan nifas atau postnatal care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Kurangnya akses rumah tangga/keluarga terhadap makanan bergizi dan kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi

            Faktor inilah yang melatarbelakangi KKN 172 UPI Kampus Tasikmalaya mengadakan program Sosialisasi Stunting di Desa Gunungtandala Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Tema yang diangkat oleh kelompok KKN 172 UPI adalah Desa Sehat dan Sejahtera. Tujuan Desa Sehat dan Sejahtera adalah untuk menjamin kehidupan masyarakat desa yang sehat demi terwujudnya kesejahteraan yang dimuali dari pencegahan stunting pada anak.

            Sebelum turun ke lapangan untuk memberikan pendampingan kepada ibu-ibu di Desa Gunungtandala Kecamatan Kawalu, mahasiswa sudah mendapat pembinaan dari UPT Puskesmas Kawalu. Rombongan mahasiswa KKN 172 yang melaksanakan program stunting terdiri dari 7 orang yaitu Firda Nafaatur, Handi Firlana, Happy Ristanti, Rian Anggara, Dahlia Sidabutar, Trimeilina Miftahuljannah, dan Muhammad Naufal Raihan. Setelah mendapat izin dan arahan dari UPT Puskesmas Kawalu, mahasiswa diberi saran untuk berinovasi membuat jajanan sehat berprotein tinggi untuk dikonsumsi oleh anak-anak, sehingga mahasiswa mendapatkan ide inovatif untuk membuat nugget sayur tinggi protein.

            Sosialisasi ini difokuskan kepada ibu-ibu yang memiliki balita dengan memberikan pemahaman mengenai definisi stunting, penyebab stunting, dampak stunting, contoh menu makanan dengan gizi seimbang dan cara pembuatan nugget sayur berprotein tinggi dan menarik bagi anak.

            Nugget sayur yang digagas oleh mahasiswa kaya akan nutrisi dan sangat menyehatkan sehingga baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kandungan nilai gizi yang ada dalam nugget sayur itu sendiri terdiri dari, 166 Kkal energi, 6,8 gram protein, 7,1 gram lemak dan 11,3 gram karbohidrat.

            Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget sayur yaitu Kentang besar 1 buah, Wortel besar 1 buah, Jagung manis besar 1 buah, Daun bawang 2 tangkai, Terigu 4 sdm (larutkan), Garam 1/2 sdt, Kaldu bubuk 1 sdm, Merica bubuk 1/2 sdt, Susu bubuk dancow 2 sachet, Bawang putih 4 siung (sebagai bumbu halus), Air 300ml, Pencelup telur dan tepung roti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun