Setiap tahun, tradisi yang khas dan berbeda dari Lebaran biasa muncul di Durenan Trenggalek. Namun, perayaan ini tidak dimulai pada tanggal 1 Syawwal seperti biasanya. Sebaliknya, perayaan yang dikenal sebagai "Lebaran Ketupat" atau Kupatan dimulai setiap malam 7 Syawwal dan berlanjut hingga sore hari pada tanggal 7 Syawwal. Tradisi ini tidak hanya memperingati hari kemenangan setelah berpuasa di bulan Ramadan, tetapi juga menambahkan nuansa unik dengan perayaan yang berbeda waktu ini.
Lebaran Ketupat atau biasa disebut kupatan oleh warga setempat memiliki akar yang dalam dalam budaya lokal. Ketupat, yang menjadi simbol utama dalam perayaan ini, bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga melambangkan nilai-nilai kebersamaan, kesucian, dan keberkahan dalam kehidupan masyarakat. Dengan dimulainya pada malam 7 Syawwal, Lebaran Ketupat di muali oleh salah satu ulama karismatik daerah kecamata durenan yang orang biasa mengenal nya dengan mbah Mesir yang bermakam di desa durenen kecamatan durenan, kupatan ini menambahkan nuansa berbeda dan memperkaya warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Perayaan dimulai dari tanggal 1 syawal melaksanakan shalat Idul Fitri di masjid atau surau setempat seperti biasa. Setelah itu, masyarakat mulai berpuasa sunah pada tanggal 2 syawal hingga 6 syawal, pada malam hari tanggal 6 syawal Masyarakat mulai bersilaturahmi ke sanak saudaranya atau berziarah kemakam mbah mesir yang berada disana hingga esok harinya.
Memang silaturrahmi menjadi fokus utama perayaan ini seperti tradisi idul fitri pada tempat lain, yang menjadi berbeda ialah waktu perayaannya yaitu pada tanggal 7 syawal  Selama Lebaran Ketupat, masyarakat saling berkunjung ke rumah satu sama lain, bertukar ucapan selamat, dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan kerabat. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial, tetapi juga menciptakan suasana kebersamaan dan kebahagiaan yang hangat di antara masyarakat.
Momen puncak dalam perayaan ini adalah pawai kirab tumpeng ketupat yang diadakan pada tanggal 7 Syawal. Tumpeng-tumpeng ketupat yang indah dihias dengan berbagai warna dan motif dibawa dalam kirab yang meriah di sepanjang jalan-jalan desa. Suasana penuh semangat dan kegembiraan terpancar dari peserta pawai dan penonton yang menyaksikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H