Mohon tunggu...
M Nadi el_Madani
M Nadi el_Madani Mohon Tunggu... mahasiswa -

Senang membaca, menulis dan berdiskusi|bagi saya, dengan semangat dan ketekunan apapun dapat dilalui

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya (Memang) Anak Mami

17 Maret 2015   14:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:32 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sedikit teman-teman saya yang menjuluki saya sebagai anak mami. Hal itu dikarenakan saya tidak berani mengambil keputusan apa pun tanpa izin dan persetujuan ibu saya. Mau pergi kemana pun mesti saya selalu izin kepada ibu. Kalau dizini saya akan berangkat, jika sebaliknya, saya akan urung berangkat meski hati sering berontak.
“Kamu ini benar-benar anak mami ya. Dalam urusan apa saja pasti kamu selalu dimonitor ibu kamu. Bahkan, sampek urusan jodoh,” celetuk salah satu teman saya.
Apa yang dikatakan teman saya itu memang benar. Dalam banyak hal orangtua saya memang sering terlibat. Dan, saya tidak pernah mempermasalahkannya. Meskipun teman-teman saya menjuluki saya dengan sebutan anak mami.
Sebab, saya memang anak mami. Saya lahir dari rahim ibu saya. Beliau yang membawa saya ke mana saja saat saya masih dalam kandungannya. Meski lelah, saya yakin beliau tidak pernah mengeluh, justeru sangat bahagia dan menikmatinya.
Sesudah lahir pun, ibu dengan penuh kasih sayang dan cinta merawat saya hingga tumbuh dewasa. Beliau tidak pernah marah saat tengah-tengah malam dibangungkan oleh jerit tangis anaknya. Tidak pernah marah, saat bajunya yang baru dipakai dikencingi. Beliau total memberikan kasih sayang dan cintanya pada anaknya.
Mengingat itu semua tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mematuhi apa yang dikatakan dan diinginkan ibu saya. Saya sadar, apa pun yang akan saya lakukan tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa orangtua saya, terutama ibu. Sehingga, saya akan melakukan apa pun demi mereka, meski saya dilabeli anak mami sekalipun.
Soal saya dijodohkan oleh orangtua, saya juga tidak pernah mempermasalahkannya. Sebab, kometmen saya adalah mentaati semua titah orangtua senyampang tidak bertentangan dengan aturan agama.
Saya percaya semua orangatua pasti akan mencarikan yang terbaik buat anaknya. Saya sangat yakin, tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya sengsara dan menderita, bahkan orangtua seringkali memilih sengsara demi melihat anaknya bahagia dan sejahtera.
Lain dari itu, belum tentu pilihan saya sendiri lebih baik dari pilihan orangtua. Di samping itu, saya sangat yakin pilihan orangtua pasti baik. Sebab, mereka memiliki mengalaman panjang dalam mengarungi kehidupan, yang belum pernah saya rasakan. Mungkin, dengan mematuhi dan mentaati keinginan orangtua saya bisa mendapat rida mereka. Bukankah, rida orangtua sama dengan rida Allah swt?
So, biarkan saja saya dijuluki anak mami, yang penting happy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun