Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Hanif
Muhammad Nabhan Hanif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Short Story and Article Writter

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waktu yang Penuh Kenangan

2 Desember 2022   11:00 Diperbarui: 2 Desember 2022   11:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari, di sebuah desa bernama desa Gandasari, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ucup dan kedua temannya, Asep dan Cepi. Mereka sudah saling kenal sejak mulai bersekolah di SDIT AT-TAQWIM di daerah katapang. Mereka dikenal suka bermain, bahkan saat pulang sekolah terkadang mereka bisa bermain hingga pukul 18.00 atau hingga waktu maghrib tiba. 

Jadi terkadang orang tua mereka selalu menunggu di depan pintu sampai anak-anak pulang dan kemudian memarahi mereka karena pulang terlalu larut. Namun, hal itu tidak membuat mereka takut sama sekali karena bermain adalah kebiasaan mereka sejak masuk sekolah dasar dengan syarat bisa mempertahankan prestasi selama di sekolah. Ucup dikenal sebagai murid yang baik, ia mampu mempertahankan prestasinya semasa sekolah dengan mendapatkan ranking 10 besar yang kemudian disusul oleh Asep yang juga mampu mempertahankan prestasinya. Berbeda halnya dengan Cepi yang tidak masuk 10 besar, namun karena orang tua Cepi sangat sibuk, mereka tidak berada di rumah hingga sore hari, orang tuanya tetap mengizinkan Cepi bermain hingga sore atau malam hari.

Hari demi hari mereka lalui bersama hingga tidak menyadari bahwa kelulusan mereka dari SD tinggal 1 tahun lagi sehingga mereka harus mempersiapkan yang terbaik setelah lulus. Kelas 6 tiba, dan waktu perpisahan sudah di depan mata Asep, Ucup, dan Cepi. Mereka meninggalkan waktu bermainnya untuk belajar menghadapi ujian akhir semester untuk mendapatkan nilai terbaik dan bisa melanjutkan ke SMP terbaik juga. Perpisahan tiba. Mereka harus siap jika kehilangan satu sama lain karena impian yang akan mereka capai tentu saja berbeda. Namun ketika masuk SMP ternyata Ucup dan Asep bersekolah di sekolah yang sama yaitu di pesantren, tidak seperti Cepi yang mendaftar di sekolah umum, sehingga Asep dan Ucup harus kehilangan Cepi saat mulai bersekolah di sekolah menengah pertama mereka.

Namun, siapa sangka meski berbeda sekolah dengan Cepi mereka tetap berteman, bahkan setiap hari Jumat atau Sabtu, dan Minggu saat libur mereka tetap bermain bersama seperti persahabatan mereka saat masih SD. Mereka begitu dekat sehingga orang tua mereka saling mengenal dan mereka bahkan melewati suka dan duka bersama, seperti ketika Cepi tidak bisa bermain game, Asep membiarkan Cepi bermain game di ponselnya seperti Ucup. Waktu terasa singkat, masa SMP mereka hampir usai, dan mereka harus menghadapi ujian yang lebih berat lagi, yakni masuk SMA.

Pada saat itu, mereka harus meninggalkan waktu bermain mereka kembali dan mereka mengikuti ujian untuk masuk ke sekolah menengah yang mereka inginkan. Hari kelulusan tiba Ucup, Asep, dan Cepi saling menunjukkan hasil ujian mereka namun Cepi terlihat takut untuk menunjukkan hasil ujian mereka sehingga hanya Cepi yang tidak menunjukkan hasil ujian akhir. 

Pendaftaran sekolah dimulai lagi, dan Asep dan Ucup memilih sekolah yang sama lagi, yaitu Madrasah Aliyah, sedangkan Cepi berada di sekolah umum lagi. Namun, mereka semua diterima di sekolah yang mereka pilih saat itu. Meski berada di sekolah yang berbeda, semangat bermain mereka selalu ada meski disibukkan dengan begitu banyak tugas sekolah, baik tugas menulis, maupun tugas presentasi. Suatu hari Asep dan Ucup bahkan memperkenalkan teman sekolahnya kepada Cepi agar Cepi memiliki lebih banyak teman untuk diajak bermain. Berbeda halnya dengan SMP ketika masih SMA mereka selalu bermain di tempat wisata di kota dengan menggunakan sepeda motor bahkan sempat menginap di rumah temannya sambil bermain Playstation bersama.

Namun pada tahun 2020 bulan Februari wabah corona tiba sehingga jam bermain mereka harus terganggu tapi siapa sangka, ternyata saat corona datang mereka bisa bermain setiap hari bahkan tanpa harus menunggu hari libur karena mereka melaksanakan sekolahnya. on line. Setiap pagi, Ucup dan Asep selalu pergi ke rumah temannya yang bernama Yeti untuk belajar dan bermain bersama saat itu. Yang kemudian disusul oleh Cepi pada siang hari. Mereka bermain dengan gembira sambil menikmati sepiring nasi Padang dan bermain kartu UNO. Setiap Ramadhan, mereka selalu mengadakan acara Bukber bersama di sebuah restoran. Namun, waktu telah berlalu dengan cepat, virus corona perlahan menghilang dan pada tahun 2021 mereka dihadapkan pada cobaan berat sehingga masa sekolah mereka telah berakhir. Mereka harus memikirkan apakah mereka akan langsung bekerja atau melanjutkan pendidikan di tingkat universitas. Sehingga persahabatan mereka saat itu perlahan-lahan hancur sedikit demi sedikit karena tidak semua temannya melanjutkan studi. Ada yang harus bekerja mencari nafkah dulu agar tidak bisa bertemu lagi seperti saat masih sekolah. Namun mereka tetaplah sahabat sejati atau sahabat yang selalu ada dimanapun mereka berada, sama seperti masa-masa sekolah mereka bersama dimana teman lama selalu bersama dan teman baru resmi bersama. Begitulah persahabatan, keluh kesah, sedih, tawa, bahkan kebahagiaan yang mereka lalui bersama saat masih duduk di bangku sekolah. Pada akhirnya mereka menyadari bahwa sahabat adalah orang-orang yang selalu ada untuk mereka saat mereka membutuhkannya dan itulah titik akhir persahabatan mereka dari sekolah hingga sekarang mereka menjadi sahabat selamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun