Penataan ruang merupakan salah satu masalah yang dipandang urgent dalam beberapa tahun ini. Munculnya berbagai masalah terkait perkotaan seperti banjir, polusi, dan kemacetan seolah menjadi cermin nyata mengapa penataan ruang gencar dibahas dalam berbagai diskusi. Perlu diketahui, penataan ruang sudah ada sebelum periode industri. Zaman tersebut dapat dilihat pada kota-kota Romawi yang berbentuk kota militer. Kota ini membentuk benteng di tengah-tengah permukiman penduduk, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan. Militer menjadi poin utama mengingat masa itu banyak terdapat banyak kerajaan, yang memungkinkan terjadi peperangan.
Kemudian dilanjutkan periode industri, dimana muncul mesin uap yang kemudian menjadi cikal bakal tumbuhnya revolusi industri di negara-negara eropa. Pada masa itu, selain pabrik, banyak dibangun sarana transportasi untuk mendukung distribusi industri. Banyak hal terjadi pada masa ini, urbanisasi muncul besar-besaran, polusi udara meningkat, serta banyaknya wabah penyakit yang disebabkan sistem drainase dan sanitasi limbah yang buruk.
Setelah terjadi banyak permasalahan pada periode industri, munculah kota-kota modern. Ebenezer Howard muncul dengan gagasan baru yang dikenal dengan Garden City. Desain ini memiliki banyak keunggulan dimana dapat memadukan antara industri dengan kemampuan ekologis kota. Konsep ini memperhatikan fungsi perkotaan yang bukan hanya sebagai tempat bekerja, dan pusat pemerintahan, namun juga sebagai tempat rekreasi yang berupa ruang terbuka hijau.
Berbagai negara maju telah berlomba-lomba menerapkan konsep green city dalam penataan ruang perkotaannya. Seperti Singapura yang memiliki semboyan kota life, work, and play, kota Curitiba-Brazil, Portlan-AS, dan lain sebagainya.
Â
[caption id="attachment_313515" align="aligncenter" width="300" caption="cmns3520mtm.wordpress.com- Marina Bay Singapore"][/caption]
Bagaimana dengan kota-kota di negara berkembang seperti Indonesia?
Namanya juga negara berkembang, ekonomi masih menjadi orientasi dalam penataan ruangnya. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuannya, sehingga jangan heran jika kawasan industri, maupun perdagangan-jasa tersebar dimana-mana.
Untungnya dalam satu dekade terakhir, beberapa kota di Indonesia mulai berbenah untuk memperbaiki diri. Berbagai kota mulai mengeluarkan kebijakan yang pro lingkungan. Benar sekali, dan seharusnya memang demikian. Ruang kota merupakan pemberian Tuhan yang tak dapat bertambah jumlahnya, sehingga perlu untuk dijaga kelestariannya. Kota memang identik dengan aktifitas ekonomi, penilaian terhadap suatu kota pun masih berkutat seputar penghasilan penduduk, Pendapatan Asli Daerah, maupun PDRB yang ada. Seharusnya tidak demikian, karena kota bukanlah makhluk mati yang dapat dieksloitasi secara besar-besaran demi peningkatan perekonomian. Kota seperti halnya manusia, yang tumbuh dan berkembang.
Sedikit menyinggung tulisan saudari Ivychininta yang berjudul Indonesia yang Selalu Berbahagia. Dia membahas Goyang Cesar yang sedang marak di Indonsesia. Animo masyarakat yang antusias terhadap goyang tersebut mengingatkan saya pada Ridwan Kamil, yang kini menjadi Walikota Bandung. Benar sekali, masyarakat Indonesia butuh kebahagiaan. Goyang Cesar dan beberapa acara serupa menjadi salah satu pengobat rindu masyarakat pada kebahagiaan. Tak peduli dari kalangan marginal maupun high class, anak-anak hingga orang tua, seolah terhipnotis oleh goyangan Cesar cs.
Â
Â