Mohon tunggu...
Margaretha Elizabeth
Margaretha Elizabeth Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswi dengan rasa kagum akan sastra yang ada di Bumi Pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kecanduan Fast Food? Gak Zaman!

18 Desember 2024   14:51 Diperbarui: 18 Desember 2024   14:49 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi anak kos memang punya tantangannya tersendiri, apalagi bagi mahasiswa di dunia rantau. Salah satu tantangan terberat bagi anak kos tidak hanya dalam mencari pertemanan yang sehat, tapi juga mencari makanan yang sehat dan memiliki kualitas tinggi dengan harga terjangkau. Sayangnya, pada zaman di mana globalisasi menyeruak ke seluruh belahan dunia membuat segala yang praktis lebih diminati sehingga banyak anak kos memilih untuk mengonsumsi makanan instan seperti mie, atau bahkan memesan makanan lewat jasa online yang serba cepat tanpa harus bergerak.

Fenomena ini memang tidak bisa dihindari, akan tetapi harus ditanggulangi dengan solusi pasti yang bisa membujuk pola pikir anak kos agar meletakkan urgensi terhadap kesehatan individu masing-masing. Bayangkan saja jika setiap hari hampir mengonsumsi makanan yang sama dengan ketiadaan protein atau nutrisi yang tak seimbang, maka kesehatan muda-mudi bangsa akan terancam. Menyadari ragam kuliner khas Indonesia yang bisa dibuat sendiri dengan harga terjangkau, rasanya sangat miris jika putra putri bangsa setiap hari memakan makanan yang berulang seperti nasi telur atau mie instan.

Ketergantungan pada makanan instan ini harus dipatahkan. Masalah umum dalam pola makan anak kos harus dihilangkan agar kesehatan rakyat muda di Indonesia dapat terjaga. Degan sedikit kreativitas dan perencanaan yang tepat, anak kos tetap bisa mengonsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi. Proses kreatif seperti memasak dan berbelanja pun bisa meningkatkan produktivitas setiap individu.

Berkaitan dengan hal tersebut, solusi seperti memasak dengan teknik sederhana dan mengganti makanan instan dengan alternatif sehat dapat menjadi tonggak utama untuk merubah pola makan setiap anak kos. Langkah pertama yang sudah pasti untuk memecahkan lingkaran penyakit akan ketergantungan makanan instan ini adalah dengan merencanakan menu yang akan dimasak. Banyak masakan sehat seperti orak-arik telur yang bisa dicampur dengan sayur seperti sawi lalu dioseng secara merata dengan ditambah beberapa bumbu sesuai selera sudah bisa menjadi suatu hal yang bisa memecahkan masalah ini. Jikalau sesekali ingin menyantap makanan instan, terdapat beberapa alternatif bahan yang bisa ditambahkan, seperti sawi dan sosis atau daging ayam cincang kaya nutrisi.

Melihat buku menu atau resep makanan simpel lainnya di media sosial juga bisa menjadi salah satu cara untuk menanggulangi pola makan anak kos yang tidak seimbang. Seirama dengan Teori Semiosis Peirce dalam analisis teks dan budaya serta produksi kreatif, beberapa elemen visual yang menyajikan tanda, objek, serta interpretan dari menu yang dibuat, dapat membantu anak kos agar lebih tergugah untuk memasak secara mandiri. Fungsi dari buku menu yang menghubungkan pengguna dengan pengalaman memasak bisa menjadi tolak ukur keefektifan buku resep secara fisik atau yang dibagikan di media sosial.

Memang menjadi anak kos apalagi mahasiswa di dunia rantau bukanlah perkara yang mudah, akan tetapi mempertahankan pola makan yang bergizi dengan anggaran terbatas harus menjadi salah satu fokus utama dari sekian banyak kebutuhan. Ketergantungan pada makanan instan memang disebabkan oleh kesibukan sehari-hari yang tidak dapat dihindari, namun solusi untuk mencari makanan alternatif yang sehat dan simpel dibuat tetap harus diutamakan. Oleh karena itu, proses kretatif harus dikembangkan untuk menciptakan beberapa menu atau mencontoh resep dari internet, sejalan dengan Teori Semiosis Peirce yang sudah dijelaskan sebelumnya. Diperlukan kesadaran secara menyeluruh dari tiap individu untuk mendorong diri agar dapat memperbaiki pola makan sehingga anak kos tidak hanya cerdas dalam menimba ilmu, tapi juga sehat dan kuat ketika melakukan aktivitas sehari-hari.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun