Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Waduh, Bendahara KPK Bertransaksi Mencurigakan

21 Februari 2012   02:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi III DPR RI, M. Yusuf Ketua Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), sebagaimana dilaporkan www.kompas.com, kemarin (20/2), mengatakan pegawai KPK yang melakukan transaksi mencurigakan ternyata berposisi sebagai bendahara. Jagat Dewa Bathara, lakon apalagi yang sedang dimainkan di negeri ini, jika lembaga yang digadang-gadang menjadi tukang sapu tindakan korupsi, di dalamnya terindikasi tidak bersih.

Persoalan terkuaknya transaski mencurigakan sang bendahara KPK akan berdampak sangat buruk terhadap kredibilitas KPK. Menggoyahkan ketegaran KPK dalam menangani kasus-kasus rumit korupsi, karena terkait langsung dengan para penguasa di negeri ini. Selain juga sudah melangkah maju dengan menggunakan pasal-pasal tentang pencucian uang.

Makanan Empuk

Jantraan ke depan, dalam hitungan hari, bisa dipastikan akan muncul berbagai lontaran yang bernada melemahkan posisi KPK. Gerakan penggembosan KPK akan dilakukan mereka yang merasa dirugikan oleh gebrrakan KPK, atau mereka yang sedang was-was menunggu giliran terperiksa. Isu ini merupakan makanan empuk dan lezat untuk menghantam Abraham Samad, yang  tentu saja sesumbarnya satu tahun akan mundur jika tak mampu mengungkap kasus-kasus besar.

Meski begitu, sampai saat ini, Abraham Samad, tampaknya belum memberikan respons terhadap temuan mitra kerjanya, PPATK. Sikap cepat tanggap dan cepat bertindak harus dilakukan Abraham Samad untuk bisa menyelamatkan kepercayaan publik kepada lembaga yang dipimpinnya. Semua tentu berharap, agar jawaban-jawaban yang akan diberikan, tindakan-tindakan yang akan dilakukan, tidak berubah menjadi gaya pejabat, yang sedang melakukan upaya mempertahankan diri. Abraham Samad bisa meniru gaya ugal-ugalan Mahfud MD, saat MK diguncang dengan isu korupsi.

Sesumbarnya sama sekali tidak akan ada artinya, manakala dalam rumahnya sendiri ternyata terjadi persoalan-persoalan yang berbau suap, setidaknya dengan temuan PPATK ini. Tidaka besar memang, kata M. Yusuf, sekitar 200 jutaan dan 300 jutaan. Orang akan meragukan penanganan kasus-kasus besar, sementara yang kecil yang berada dalam kewenangannya saja tak mampu terdeteksi.

Maka, jika semua orang sedang menuntut agar Partai Demokrat saatnya bersih-bersih, seluruh partai politik di negeri ini bersih-bersih, kini publik akan menuntut bagaimana Abraham Samad akan melakukan gerakan bersih-bersih. Sebuah gerakan yang dilakukan secara transparan, agar publik mengerti benar apa dan bagaimana yang dilakukan Abraham Samad.

Transparansi dalam memberesi persoalan temuan ini, akan sedikit banyak bisa mempertahankan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan Abraham Samad dalam lembaga super body, yang saat ini bisa terancam kelumpuhan karena anti-body-nya justru terkena virus. Syaraf-syarafnya bisa menjadi lumpuh. Ibarat orang terjatuh, KPK saat ini sedang mengalami luka dalam, luka yang justru ditemukan oleh orang lain, bukan oleh pemilik tubuh itu sendiri. Gagah dari luar, mentereng dari luar, tetapi remuk redam di dalamnya,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun