Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tentang Pembagian Daging

26 Oktober 2012   07:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dusunku, pembagian daging kurban dilakukan dengan sistem pemerataan. Artinya, tidak penting warga kaya atau miskin, semua dapat dan daging itu dibagi habis, sehingga tak tersisa untuk siapa pun. Tidak ada daging yang dikirim keluar dusun, misalnya untuk mereka yang miskin dan papa.


Apa salahnya dengan kebijakan di dusunku ini? Tidak ada yang salah sebenarnya. Hanya saja jika kebijakan pemerataan ini terus dilakukan, maka ibadah kurban akan kehilangan maknanya. Sebab tidak lagi untuk membahagiakan orang miskin, keluarga fakir, dan anak-anak jalanan, misalnya. Tetapi hanya untuk pesta pora warga dusun, termasuk orang-orang yang sesungguhnya kaya.


Saya hanya berpikir, jika kebijakan seperti di dusunku ini juga diparaktikkan di dusun-dusun yang lain, di negeri ini, maka senyum si miskin dan papa tidak jadi mengembangkan. Sebab ia hanya menelan ludah. Kalau mereka hendak merasakan lezatnya daging kambing, maka harus berkeliling ke dusun-dusun atau ke masjid-masjid untuk meminta bagian.


Kalau tidak demikian, si papa harus kembali menanti kebaikan orang kaya yang mampu mengeluarkan uang banyak untuk membeli kambing-kambing. Lalu, hewan kurban itu dibagikan ke keluarga miskin dengan label-label perusahaan atau partai politik.


Tentu ini akan menjadi ironi dalam hiruk pikuk hari raya kurban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun