Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kliwon, Episode Baju Kok Kedodoran

31 Mei 2018   12:51 Diperbarui: 31 Mei 2018   13:04 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto: https://id-test-11.slatic.net)

Wage mencoba baju itu, tanpa suara tangis, tetapi dengan air mata yang terus mengalir. Legi, juga tak mampu menahan tangisnya. Belum lagi selsesai memakaikan baju koko itu, Legi memeluk erat Wage, anak dan ibu itu menangis bersama.

"Simbok nggak boleh menangis."

"Ya, Simbok tidak menangis."

Sore hari, Wage memakai baju koko itu. Tetapi karena sedikir kebesaran, teman-temannya menertawakan dan mengolok-oloknya.

"Baju koko kedoroan, baju koko kebesaran."

Olokan itu saling sdambung menyambung dari satu anak ke anak klainnya. Wage tentu saja tak tahan mendengar olokan itu. Tetapi, ia menahan diri, ia bertahan tidak menangis. Ia mencoba membanggakan dirinya, di bulan puasa, bulan pernuh berkah ini, sudah bisa menggunakan baju koko, lengkap dengan celana dan pecinya. Wage mendongakkan wajah, memandang langit, dan ada senyum yang mengembang di bibirnya yang mungil.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun