Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saatnya Guru PAUD Mengerti HIV dan AIDS

14 Desember 2012   07:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:41 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa kali dalam kesempatan yang berbeda, saya sering berbincang dengan tenaga pendidik PAUD, mengenai pentingnya turut berbicara mengenai persoalan HIV dan AIDS. Tetapi jangan kediri paham dulu. Sebab yang saya maksudkan, bukan untuk memberikan materi HIV dan AIDS. Melainkan mengenal lebih dekat seputar informasi HIV dan AIDS, baik dari sisi medis maupun persoalan sosial yang melingkupinya.

Hampir sebagian besar tenaga penduduk belum mengetahui dengan benar informasi HIV dan AIDS. Pertanyaannya, apa pentingnya tenaga pendidik mengetahui persoalan HIV dan AIDS? Jawaban pertanyaan ini akan saya mulai dari kasus HIV dan AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Pada perkembangan terakhir, secara nasional angka kaus HIV dan AIDS di kalangan rumah tangga sudah cukup tinggi. Bahkan di beberapa daerah angka itu sudah lebih tinggi dibandingkan angka kasus di kalangan pekerja seks.

Dengan melihat fenomena ini, maka dalam lima tahun ke depan lembaga-lembaga PAUD akan dihadapkan pada pilihan yang teramat sulit ketika harus menerima anak usia dini yang kebetulan positif terinfeksi HIV. Dalam sebuah buku yang saya sunting dari hasil riset mengenai anak positif dan terdampak HIV, banyak lembaga pendidikan yang mengambil sikap menolak menerima anak yang positif HIV atau mereka yang orang tuanya terinfeksi HIV.

Secara prinsip sikap ini jelas melanggar hak anak untuk bisa mendapatkan pendidikan. Sebuah sikap yang sama sekali tidak patut dimiliki oleh seorang tenaga pendidik, yang secara profesional memiliki tugas memenuhi hak anak, sebagai perpanjangan tangan negara yang menegang kewajiban pemenuhan hak anak.

Penolakan tenaga pendidikan terhadap anak yang terinfeksi atau terdampak sebagian besar karena tidak mengetahui secara persis HIV dan AIDS, termasuk proses transmisi virus. Sebagian yang lain merasa khawatir jika lembaga pendidikan yang dikelolanya menerima anak positif akan ditinggalkan masyarakat.

Jadi..., jelaslah tenaga penduduk PAUD harus menderu secara benar mengenai HIV dan AIDS agar tidak masuk dalam keranjang paradoks. Orang yang mestinya memenuhi hak anak dalam pendidikan, tetapi justru menolak anak untuk mengikuti pendidikan di lembaga PAUD yang dikelolanya. Bagaimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun