Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nota Kosong

13 November 2012   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:27 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk pemberantasan korupsi dan manipulasi ternyata seluruhnya memiliki efek di kalangan birokrat. Berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan dari dana negara secara tidak sah tidak coba dilakukan. Salah satunya dengan cara meminta nota kosong. Tujuannya, tentu saja untuk bisa menggelembungkan pengeluaran dari yang sebenarnya.


Malam itu, seorang konsumen di kedai foto copy dan mini market yang saya kelola masuk dua orang yang hendak menggunakan jasa foto copy. Saya melayani dengan ramah sebagaimana mestinya seorang penjual jasa. Cukup lumayan, mereka akan menggandakan dokumen hampir mendekati satu rim banyaknya. Setelah mempersilakan mereka menunggu, saya mulai mengoperasikan mesin pengganda dokumen.


Mesin mulai bekerja, lembar demi lembar tergandakan. Belum lagi dapat setengah, dua orang konsumen tadi berpamitan untuk keluar sebentar. Setelah mengiyakan, saya mulai sibuk kendali menggandakan dokumen pesanan konsumen itu. Tidak lebih dari satu jam, saya selesai menggandakan seluruh dokumen itu. Agar proses pembayaran cepat saya menyiapkan nota pembayaran seperti layaknya bukti pembayaran di mini market. Dan dokumen pesanan saya kemas sedemikian rupa dan saya masukkan ke dalam tas plastik. "Selesai," kataku sambil duduk untuk istirahat sejenak.


Pukul 21.00, konsumen baru kembali. Salah seorang menanyakan hasilnya. Kembali dengan senyum ramah, saya menyerahkan dokumen itu. Lalu menyodorkan nota yang sudah saya cetak. Setelah menerima pembayaran, saya berpikir urusan selesai. Ternyata tidak.

Salah satu konsumen itu, meminta nota kosong, yang tentu saja sudah saya bubuhi tanda tangan. Dengan tegas saya menolak permintaan itu. Saya tidak hendak terlibat dalam cara-cara yang tidak benar. Saya yakin, nota kosong itu akan digunakan untuk menggelembungkan anggaran.

Dengan wajah masam, dua pelanggan itu. Saya tidak tahu, apakah mereka malu atau kecewa dengan tindakan saya itu. Sambil menutup pintu, saya merasa bangga terhadap diri saya sendiri. Meski itu berarti saya akan kehilangan pelanggan potensial.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun