Mohon tunggu...
MMDFTP38 Desa Bulus
MMDFTP38 Desa Bulus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa MMD FTP UB Kelompok 38 di desa Bulus, Kec. Bandung, Kab. Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Introdukasi Pemanfaatan Kulit Bawang Merah sebagai Bahan Utama Pembuatan Pupuk Organik dengan Bantuan EM4 dan Molase di Desa Bulus, Tulungagung

3 Agustus 2024   11:23 Diperbarui: 3 Agustus 2024   11:29 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa Membangun Desa atau yang dikenal dengan sebutan MMD merupakan salah satu program yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Program ini merupakan bentuk dari salah satu tri dharma perguruan tinggi berpa pengabdian masyarakat. MMD FTP UB merupakan program Pendidikan yang menggabungkan antara akademik dan pengabdian kepada masyarakat. Program pendidikan MMD FTP UB berlangsung selama 2 minggu (14 hari) yaitu pada tanggal 6-20 Juli 2024 yang melibatkan peran aktif dari pemerintah desa dan masyarakat kerja. MMD FTP UB bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang dinamika sosial, serta mengasah keterampilan interpersonal dan profesional mahasiswa.

Kegiatan MMD ini berlangsung selama dua minggu yang berlangsung di Desa Bulus, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung. Kegiatan MMD yang berlangsung di Desa Bulus menjadi salah satu pusat perhatian kegiatan Mahasiswa Membangun Desa FTP UB yang dikoordinir oleh Dosen Pembimbing Lapang (DPL) yaitu Kiki Febrianto, STP., M. Phil., Ph.D. Kegiatan ini merupakan bagian dari program unggulan FTP, yakni MMD FTP yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Desa Bulus. Hal ini selaras dengan SDGs no 1: No Poverty (Menghapus Kemiskinan) dapat tercapai melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Kedua, SDG 2: Zero Hunger (Mengakhiri Kelaparan) didukung dengan penggunaan pupuk organik yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian lokal. Selanjutnya, SDG 8: Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) berkontribusi dalam menciptakan peluang kerja baru melalui usaha pengolahan limbah dan produksi pupuk organik. SDG 12: Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dicapai dengan mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah dan produksi pupuk.

Desa Bulus terletak secara geografis dalam wilayah agraris, di mana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan sebagain kecil pengrajin bambu. Produksi pertanian Desa Bulus terdiri dari 70% padi dan sisanya, 30%, merupakan hasil hortikultura seperti cabai, bawang merah, melon, dan semangka. Bawang merah dianggap memiliki prospek yang menjanjikan dan komoditasnya pada daerah ini besar.Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Desa Bulus adalah pengolahan limbah hasil produksi pada UMKM pengolahan bawang merah. Limbah pada proses pengolahan tersebut berupa limbah kulit bawang merah. Limbah kulit bawang merah tersebut seringkali tidak dikelola secara efektif dan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. Apabila limbah tersebut dibiarkan langsung dibuang ke lingkungan akan menyebabkan pencemaran lingkungan, penumpukkan sampah, dan akan menimbulkan aroma yang tidak sedap.

Kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan limbah kulit bawang merah di Desa Bulus, solusi yang dapat diimplementasikan adalah melalui sosialisasi pengolahan limbah menjadi pupuk organik. Sosialisasi ini berlangsung pada tanggal 14 Juli 2024 yang bertempat di rumah Kepala Desa Bulus yaitu Bapak Sutoyo. Sosialisasi ini dilakukan oleh Thalita Brenda Nabila dengan judul "Introduksi Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai Bahan Utama Pembuatan Pupuk Organik dengan Bantuan Em4 dan Molase Di Desa Bulus, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung" dengan melibatkan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang pentingnya mengelola limbah secara efektif dan ramah lingkungan. Dengan menggunakan teknologi seperti Effective Microorganisms (EM4) dan molase, limbah kulit bawang merah dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian lokal. Melalui program sosialisasi ini, diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan praktis tentang proses pembuatan pupuk organik, serta manfaat ekonomis dan ekologisnya.

Demonstrasi pembuatan Pupuk Organik Kulit Bawang Merah dengan Bantuan EM4 dan Molase/dok. pri
Demonstrasi pembuatan Pupuk Organik Kulit Bawang Merah dengan Bantuan EM4 dan Molase/dok. pri

"Ini merupakan salah satu kesempatan berharga kita, sebagai warga Desa Bulus karena mendapat kesempatan berharga untuk belajar bersama mahasiswa Universitas Brawijaya khususnya dari Fakultas Teknologi Pertanian dikarenakan desa kami yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Dan disini kita memiliki kesempatan untuk membuat pupuk organik dengan aktivator berupa EM dan Molase. Padahal biasanya kita hanya mendiamkan sampah organik tersebut terdekomposisi sendiri atau dengan menggunakan cara praktis dengan pupuk kimia" ujar Bapak Mulyadi, salah satu warga Desa Bulus.

Foto bersama bapak-bapak petani Desa Bulus setelah melakukan sosialisasi pembuatan pupuk organik kulit bawang merah dengan bantuan EM4 dan Molase/dok. pri
Foto bersama bapak-bapak petani Desa Bulus setelah melakukan sosialisasi pembuatan pupuk organik kulit bawang merah dengan bantuan EM4 dan Molase/dok. pri

Kiki Febrianto, STP., M. Phil., Ph.D dan Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, selaku koordinator kegiatan MMD kelompok 38, menyampaikan rasa bangganya atas antusiasme dan partisipasi warga desa. "Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Desa Bulus tentang pentingnya mengolah limbah hasil pertanian khususnya limbah kulit bawang merah" ucap Beliau.

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat ini selesai dilaksanakan, Universitas Brawijaya (UB) berharap dapat terus melanjutkan program-program serupa di masa depan. Universitas berkomitmen untuk memperluas jangkauan program pengabdian masyarakat mereka, dengan tujuan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Selain itu, UB juga ingin menginspirasi lebih banyak institusi pendidikan lainnya untuk aktif terlibat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai inisiatif sosial. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak pihak yang berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun