Sejejak demi sejejak terus kita kail supaya mampu saling bertukar luka
Kita mengisinya dengan pelupuk mata yang binarnya limbung ke udara
Yah, benar saja, aku dan kamu tak tahu dari mana yang tiba-tiba hadir dalam percakapan, merawat ingatan dan mengekalkan tawa
Dan rindu kita adalah sebuah kemungkinan, hanya perpisahan yang menjadikannya kepastian yang kita tahu muasalnya
Lalu jika itu pedih, letakkanlah dukamu di pohon kaktus di beranda rumahmu. Kelak, ia akan bertumbuh indah saat menjadi duri yang alangkah tiap hari dihujani air mata.
Kita mengatup kata untuk tumbuh dalam pelukan kenangan. Sebab aku adalah jarak dan kamu menjelma menjadi kartu pos itu
dan kita sedang bergandengan tangan pulang ke utara rumah, Surga! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H