Mohon tunggu...
Farida Widyawati
Farida Widyawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Scammer: Aku Dapat Mangsa Empuk Nihhh!!

14 April 2015   13:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:07 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu lalu seorang sahbat suami datang ke rumah. ngobrol sana - sini dari masalah pekerjaan, keluarga, gereja sampai ke sekolah anak. Karena asyik bercerita hingga tidak sadar kami sampai ngerumpiin seseorang. Tepatnya seorang ibu rumah tangga yang dahulunya sederhana dan apa adanya dan nyaris tak pernah dandan, namun kini semenjak berkenalan dengan seorang pria di jejaring sosial Facebook, ibu ini menjadi berubah tampilan dan gaya. Kelihatan lebih muda dan cantik.

Awalnya si ibu ini karena setiap hari antar jemput anak sekolah dan bergaul dengan ibu-ibu yang gaul, dia ketularan gaul dengan membuka akun di jejaring sosial Facebook dan BBM. Seperti biasa ketika seorang yang memiliki kun baru pasti akan selalu melototin akunnya setiap saat sebisa mungkin. Undangan pertemanan dari berbagai orang, entah yang dia kenal maupun belum dikenal secara langsung pun diterima dengan baik dan disapa dengan sopan dan penuh rasa gembira.

Berjalan beberapa minggu, si ibu mendapat undangan pertemanan dari seorang pria bule. Awalnya berbicara masalah kehidupan pribadi. Seperti scammer - scammer pada umumnya, mereka memberikan perhatian ekstra pada calon korbannya. Si ibu terpincut dengan perhatian si bule ini, hingga hubungan keluarga dan anak-anaknya pun agak merenggang karena. Di kota saya tinggal, Jepara, ukiran dan mebel menjadi produk andalan yang dipasarkan hingga ke luar negri. Dan si Bule ini juga menawarkan kerja sama untuk bisnis mebel ke Kanada (yang katanya tempat si Scammer tinggal). Berjanji akan mengirim uang untuk modal membuat gudang guna menampung barang-barang yang akan diekspor nanti. Si Ibu dengan gembira mengiyakan.  Berjanji akan datang dalam minggu berikutnya setelah chat dan deal mereka.

Seminggu, kemudian Si Bule mengirim kabar bahwa dia sudah terbang dan transit di Singapore dan akan ke Malaysia selama seminggu untuk ketemu rekan bisnisnya. Di sinilah awal mula pemretelan uang si Ibu dimulai. Seperti biasa, scammer selalu meminta kiriman uang sebagai pinjaman karena ada masalah visanya hilang. Dengan enteng si Ibu mengirim uang 10 juta guna mengurus visa yang hilang. Merasa di atas angin, Si Bule menggunakan jurus lagi (tapi sebenernya basi) dia ditipu rekan bisnisnya di Malaysia. Pinjam lagi dan akan diganti setelah sampai ke Indonesia (tapi dalam mimpi saja). 20 juta, 5 juta, 50 juta, 25 juta melayang untuk si Bule kurang ajar.

Si ibu karena merasa sudah tidak punya uang lagi lalu akhirnya meminjam sana, sini dan sampai pinjam ke sahabat suami saya. Si Ibu sudah diberitahu sejak awal kalau itu penipuan, namun tidak menggubris sama sekali. Malah dengan bangga dia adalah rekanan bisnis mebel dari Kanada.

Setelah habis-habisan dan si Bule tidak dapat dihubungi lagi akhirnya si ibu baru sadar sudah ditipu. Tapi apa yang mau diperbuat, uang sudah tidak bisa kembali lagi. Penyesalan pun datang belakangan. Sang suami pun memberitahu teman-teman yang dihutangi bahwa dia tidak ada sangkut pautnya masalah hutang si istri. "Silakan tagih pada istri saya. Saya sudah angkat tangan, karena sejak awal saya memang tidak tahu ada hutang dengan siapa pun. Dia tidak memberitahu saya sama sekali!".

Hadehhhhh, nasi sudah jadi bubur dan gosong semua. Semua sudah terlambat, yang ada hanyalah penyesalan yang menghantui.

Ya sudahlah, sekedar berbagi cerita pahit, semoga wanita - wanita lain yang membaca tulisan ini tidak merasakan seperti yang dialami si Ibu ini.

Terima kasih kepada Mas Yus yang membagikan cerita ini kepada saya.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun