Mohon tunggu...
Farida Widyawati
Farida Widyawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita tentang Scammer yang Gagal Menipu

16 Januari 2014   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13898769231429073745

[caption id="attachment_316248" align="aligncenter" width="547" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption] Membaca tulisan Ibu Fey mengenai perempuan-permpuan Indonesia yang tertipu oleh scammer, saya jadi ingat beberapa tahun ke belakang tentang scammer yang coba menipu saya. Awalnya pria ini inbox saya di akun FB saya. Karena saya berfikir positif, saya tanggapi sapaannya. Dia cerita kalo dia seorang tentara Amerika yang sedang tugas di Afghanistan. Istrinya  meninggal karena kanker. Dia punya 2 anak dan tinggal di USA bersama neneknya. Sampai di sini saya menanggapi dan tidak menaruh curiga. Pria ini memakai nama Bregadan Goldman. Namun setelah seminggu koq tiba-tiba si pria ini menulis bahwa dia punya safety box di bank yang isinya uang, surat berharga akan dikirimkan ke saya. Saya tidak munafik kalau saya waktu itu senang ada orang yang baru kenal koq percaya dan mau kasih uang ke saya. Dia memberikan scan sertifikat dari bank di Inggris sebagai bukti safety box itu benar-benar ada k e-mail saya. Sampai di sini masih berpikir positif. Dua hari setelah mengirim e-mail, pria ini meminta saya menyiapkan uang US $ 5.000 untuk dia pinjam guna membayar kurir dan bea cukai. Dia menyuruh saya membuka box itu ketika sampai dan saya bisa mengambil uang yang dipinjam serta ditambah US $ 2.500. Sehari setelanya, Si kurir menelpon saya (karena nomor hp saya tercantun di FB waktu itu) pada malam hari sekitar pukul 20.00 saat saya sedang latihan paduan suara (nomor yang digunakan adalah nomor Indonesia). Dia mengatakan kalau dia sudah berada di Singapore dan besok pagi akan terbang ke Jakarta untuk mengantar box itu. Saya mulai curiga dengan orang ini karena bahasa Inggrisnya berlogat orang India, sedangkan katanya si kurir adalah orang asli Inggris (bukan turunan). Pagi sekitar pukul 08.00 si kurir menelpon saya lagi mengatakan kalau dia sudah tiba di Bandara Soeta dan tidak bisa keluar bandara karena paspor ditahan oleh pihak imigrasi, tidak punya uang sama sekali untuk pergi ke kota saya, Salatiga (waktu itu). Si kurir minta saya mengirim uang ke rekening (yang katanya petugas imigrasi bandara Soeta) untuk menebus paspornya yang disita. Saya lalu kirim sms ke dia bahwa saya tidak punya uang sebesar US $ 5.000 untuk menebus itu. Lalu dia membalas kurang dari itu pun tidak apa-apa. Lalu dia menurunkan menjadi US $ 2.000. tetap saya berpegang teguh bilang kalau saya tidak punya uang dan memang benar saya tidak punya uang sebanyak itu. Dan saya semakin yakin ini orang adalah penipu. Saya ingat ada kakak sepupu saya yang sukanya wara-wiri ke imigrasi bandara Soeta, lalu saya kontak kakak dan share dengan dia. Kakak spontan mengatakan, "Da...kui ngapusi. Dikerjani balik wae yo.! (Da...itu penipuan. Dikerjain balik aja yukkk!) Akhirnya saya kirim sms: "I"m so sorry Mister, i can"t help you. You can open the box and take the money to pay. The box is for you." Sehabis saya kirim sms itu, dia langsung kirim sms balik dan memaki-maki saya. Saya forward ke kakak dan kami ngobrol di telpon sambil tertawa terbahak-bahak. Puji Tuhan.... saya terhindar dari kejahatan. Sayang saya tidak bisa memberikan screenshot scan sertifikat yang di-e-mail ke saya karena sudah saya hapus (menuh-menuhin folder...hehehhee) dan di Fb pun sudah saya hapus... tapi sekarang malah makin banyak scammer yang inbox ke saya, tapi tidak pernah saya baca, langsung delete. Mari para perempuan Indonesia, kita harus cerdas dalam bersosialisasi di dunia nyata dan bersosialisasi di dunia maya. Jangan mudah percaya pada orang yang baru kita kenal dan langsung berjanji manis. Salam perempuan cerdas Salam Kompasiana.... :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun