Mohon tunggu...
Farida Widyawati
Farida Widyawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Modus Pencurian Toko Komputer di Jepara

3 Maret 2014   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam dunia usaha, urusan ditipu, kecurian, dijadikan lahan untuk ngutang orang lain itu sudah merupakan hal yg wajar. Demikian juga kami mengalami hal tersebut dia atas.

Awalnya adalah seorang yg mengaku namanya Bintang datang ke toko kami untuk membeli mouse dan sambil tanya-tanya soal komputer rakitan yg harganya lebih murah dibanding dengan built up. Kami tidak menaruh curiga karena hampir semua customer yg mau membeli CPU atau Notebook mesti menanyakan itu. Suami pun menjelaskan dengan detail sampai dengan harganya.

Lain waktu orang ini datang lagi denga membawa printer Epson TX 121x untuk diservis karena hasil print-nya sudah tidak bagus alias buram. Sampai di sini kami tidak menaruh curiga. Kemudian orang ini datang untuk ke tiga kalinya ke toko kami untuk mengambil servisan printer yg sudah jadi dikerjakan oleh tekhnisi kami. Sampai di sini pun kami tetap biasa saja tidak menaruh pemikiran ygmacam-macam.

Tibalah di satu hari, hari Sabtu kalau tidak salah, si Bintang menelpon suami saya untuk memsan sebuah Laptop yg katanya untuk istrinya. Karena sudah sore, supplier sudah pada offline semua, kami pun menunggu hingga Senin untuk menanyakan spesifikasi dan harga ter-update barang yg dipesan. 3 merek sudah kami kantongi, dgn spesifikasi hampir sama yg diminta: ASUS S400CA, ACER, SAMSUNG. Suami mengirimkan pesan  ke Bintang bahwa spek yg diminta (Core i3) harganya masih kisaran 6-7 juta. Akhirnya si Bintang memilih merek ASUS. Kami bilang bahwa Down Payment harus ada sebesar 50% dari harga yg disebutkan. Namun si Bintang ini beralasan sedang sibuk dengan klien di luar kota, sehingga blum bisa kasih pembayaran DP-nya.

Karena kami percaya dan tidak berfikir ini adalah trik penipuan, maka kami (meski dengan rasa bimbang) order ke ASTRINDO SENAYASA Semarang. Barang datang dalam waktu sehari karena melalui ekspedisi di hari berikutnya , karena kami mengirit ongkir. Barang datang kami menghubungi Bintang, namun beralasan sedang luar kota. Hari berikutnya, kami menghubungi lagi, namun nomornya tidak aktif. Kami pun sempat memutuskan untuk menjual barang itu ke orang lain kalau ada yg mau membeli. Namun di hari Minggu, tiba2 dia  menghubungi kami dan mau ambil pesanan Laptop ke kami. Dari siang katanya mau ambil, namun sampai maghrib datang tak juga muncul batang hidungnya di toko kami.

Selepas Maghrib kira-kira pukul 18.30 WIB dia menampakkan batang hidungnya di toko kami dengan dibonceng sepeda motor RX King. Dia menaruh tas di atas etalase, menyerahkan printer yg pernah diservis di tempat kami (karena masih ada label tulisan dari toko kami) dan melihat barang yg dipesan. Dia menyuruh temannya untuk transfer dan ambil uang ke ATM sembari dia berbincang dengan kami. Dalam hati saya sudah merasakan gelagat yg aneh dari orang yg di depan saya, namun belum sempat saya bilang ke suami, dia menyambar laptop itu dan kabur karena sudah ditunggu temannya di atas motor. Spontan saya berlari mengejar namun sia-sia, karena lari motor lebih kenceng dari wanita hamil tua yg spontan berlari. Suami saya juga tidak bisa berbuat banyak karena kaki masih dalam keadaan sakit sehabis patah tulang.

Polisi yg datang, dari Polres Jepara dan Polsek Tahunan pun datang dan olah TKP, tak ketinggalan Tim Inafis juga turut serta melakukan pmgambilan sidik jari pelaku di printer yg dibawa. Hingga pukul 10 malam tim melakukan olah TKP. Selesai olah TKP, suami diantar teman untuk membuat laporan tertulis di Polres Jepara hingga pukul 02.00 dini hari. kejadian di toko kami adalah kejadian ke sekian kalinya dengan modus hampir sama di Jepara ini.

Dari kejadian ini saya menyimpulkan modus yg digunakan:


  1. Pura-pura jadi pelanggan dengan sesekali membeli barang murah.
  2. Datang berkali-kali dengan waktu yg berbeda untuk memantau situasi dan kondisi.
  3. Setelah korban masuk perangkap, maka dia akan memesan barang yg harganya lebih di atas 5 juta namun tanpa DP dengan alasan sibuk luar kota dengan klien, kantor yg banyak urusan dll.
  4. Pura-pura mengangkat telpon dari rekan bisnis untuk mengalihkan perhatian, namun sebenarnya telpon dari komplotannya yg sedang menunggu.


Belajar dari kejadian ini, maka saya dan suami tegas dalam memberikan pesanan kecuali orang itu benar2 kenal dan tahu letak rumah dan pekerjaannya. Semoga pengalaman kami ini tidak dialami lagi oleh pelaku usaha lain.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun