Mohon tunggu...
Farida Widyawati
Farida Widyawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Aku Takut Pulang"

17 Juli 2014   05:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres kali ini menjadi perbincangan hangat cenderung panas di berbagai kalangan. Tak ketinggalan setiap supplier dan customer yg datang ke toko kami selalu membahas soal capres dan pemilu. Kadang saya capek nanggapin, tapi mau gimana lagi ya namanya juga menjadi pelayan "raja" musti mendengarkan dengan baik.

Ada salah satu cutomer yg datang malem sekitar pukul 19.30 membeli satu unit UPS. Dia adalah langganan di tempat kami. Ngomongin pemilu yg sangat kotor kali ini. Abang ini begitu antusias bicara soal kecurangan dan hal negatif capres sebelah. Saya cuma bisa mennaggapi, : lalu gimana Bang? terus? Lanjutnya? Ahhhh si abang ini begitu menggebu-gebu. Lalu saya tanya: "Emang abang milih siapa kemaren?" Si abang ini  menjawab: "Saya tak pernah ikut nyoblos. Buat apa? orang saya lebih pintar daripada mereka (red: capres). tak sudi aku pilih mereka.!!! (tepok jidat deehhh saya). Tapi saya mendukung Jokowi meski nggak nyoblos.!!! (dalam hati saya menggumam: orang yg aneh)

Melihat ekspresi muka saya agak aneh si abang ini langsung menimpali: "Mbak pasti pendukung nomer satu ya?!" Saya hanya tersenyum simpul menjawab pertanyaan dari si abang. (ini karena saya nggak mau ngeladeni supaya cepet pulang. udah capek buka toko seharian)

Setelah si abang ini berlalu, saya segera menutup pintu dan mengunci. Aaaahhhhhh istirahat sambil rebahan nemenin si kecil tidur. Sambil buka tablet dan liat ternyata ada pesan Whatsapp dari adik saya di Hongkong. Lagi-lagi isu pilpres yg ditanyakan.

Dia update berita dari portal berita online, youtube hingga streaming televisi nasional dilakukan untuk mendapat info tentang pilpres kali ini sangat panas suhunya. Dia begitu kecewa saat dia sudah antre dengan berbekal KTP dan paspport (karena dia tidak dapat undangan) di Victoria Park, namun antrean terlalu panjang dan akhirnya mengurungkan niatnya mencoblos. Kecewa berat karna ini pemilu pertama untuk dia. Di akhir obrolan kami, saya menanyakan kapan dia akan pulang. "Rencana siiihhh Oktober nanti mau pulang Mbak, tapi aku takut. Katanya akan ada huru-hara jika kubu Prahara kalah". Saya langsung memberikan pengertian, kalau tidak akan ada huru-hara, jangan termakan isu. Lagian masih jauh bulan kepulangannya

Saya jadi berfikir, ketika kita menentukan pilihan untuk mengikuti suatu kompetisi, mental dulu yg harus disiapkan sesudah itu baru yg kelihatan alias materialnya. Ketika mental tidak siap menghadapi kemungkinan terburuk, kita akan mencari pembenaran semu atas hal buruk yg menimpa kita. Seorang teman berkata ke saya: " Pikirkan kemungkinan terburuk dahulu dalam merancang kegiatan, baru kemungkinan baiknya".

Pembenaran semu hanya akan menambah luka hati, menambah masalah, memguras piliran, energi dan material. Seperti luka fisik, luka hati juga memerlukan obat dan penyembuhan. Tak jarang lebih lama dan mahal biayanya.

Karna udah capek, tulisan ini ditutup dengan mengutip kata-kata ibu saya tadi pagi:

"NEK WEDI KALAH ORA USAH MELU TANDING (Kalau takut kalah, nggak usah ikut pertandingan)"

Salam Indonesia Hebat

Jepara, 16 Juli 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun