Mohon tunggu...
Sakti
Sakti Mohon Tunggu... Insinyur - Urbanis, Humanis, Moderat

Urbanis, Humanis, Moderat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otonomi Daerah & Mimpi Buruk Mutasi

2 Maret 2013   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:27 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pontianak.tribunnews.com

[caption id="" align="aligncenter" width="372" caption="(sumber: pontianak.tribunnews.com)"][/caption]

Inilah wajah demokrasi kita, sistem yang coba diaktualisasikan secara menyeluruh hingga lapis terakhir jabatan adminstratif di suatu wilayah, sementara kita ketahui bersama bahwa sebagian besar warga negara belum mempunyai pendidikan politik yang kapabel untuk menggunakan hak-hak suaranya secara bebas, tanpa infiltrasi dari kepentingan-kepentingan yang selalu menyertainya. Dan akhirnya, seperti aritmetika sederhana, jawabannya sangat mudah diketahui yaitu para pemilik kapital besarlah yang berhak menguasai singgasana.

Coba kau lihat kelakuan para raja-raja kecil produk desentralisasi yang menguasai wilayah otonominya masing-masing. Mereka berkuasa dengan berbekal senjata pamungkas yang bernama: Mutasi. Bila musim pilkada berlangsung, para perangkat daerah yang duduk di kursi-kursi pimpinan menjadi gelisah. Gelisah karena gempa perubahan sekecil apapun, sewaktu-waktu bisa mendatangkan gelombang tsunami mutasi yang maha-dahsyat. Yang bisa menjadikan mereka seorang pesakitan di kantor dengan gelar non-job. Para oknum yang mencoba adaptif tentunya harus mampu meng-evolusi-kan lidahnya agar menjadi penjilat yang lihai, karena kalau tidak, itu artinya ia harus ikhlas dan lapang dada tergerus oleh seleksi alam artifisial. Sadis memang.

[caption id="" align="aligncenter" width="317" caption="Mimpi Buruk Coy..! (sumber: kamilaqurr.blogspot.com)"][/caption]

Inilah demokrasi kita yang kebablasan. Cuma prosesnya saja yang (katanya) demokratis, namun hasil akhirnya melahirkan feodalisme. Ironis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun