Laju dosis radiasi punya arti yang sama penting dengan dosis radiasinya. Laju dosis radiasi berarti banyaknya dosis radiasi yang diterima dalam satuan waktu tertentu. Laju dosis yang tinggi akan membingungkan sistem kekebalan sel-sel tubuh. Misalnya dosis yang mematikan para pekerja tanggap darurat di Chernobyl sebenarnya tidak akan berdampak pada tubuh jika dosis radiasi sebesar itu tidak diterima tubuh seketika, tetapi tersebar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Logika yang sama terjadi pada terapi kanker menggunakan radiasi. Sel-sel kanker dirusak dengan radiasi dalam dosis tertentu tetapi dalam waktu yang berselang, tidak secara kontinyu. Hal ini supaya jaringan-jaringan yang tidak terlalu kena radiasi alias jaringan non-kanker tetapi berdekatan dengan jaringan kanker, punya cukup waktu untuk memperbaiki dirinya setelah ikut “sedikit rusak” karena ikut teradiasi tadi.
Peneliti radiasi nuklir dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012 lalu menyampaikan fakta terbaru bahwa tidak ditemukan kerusakan pada DNA yang telah dipaparkan pada radiasi sebesar 30 kali laju radiasi di alam. Para peneliti di Laboratorium Lawrence Berkeley juga mengamati bagaimana radiasi dosis rendah malah justru memicu perbaikan-perbaikan di dalam sel-sel manusia. Paparan radiasi dosis rendah dalam jangka waktu yang lama ternyata tidak berbahaya pada sel-sel manusia.
Para pekerja di industri nuklir dan galangan kapal yang terpapar radiasi dosis rendah ternyata ditemukan lebih sedikit terkena kanker. Sebuah bangunan yang kebanyakan terbuat dari konstruksi besi baja di Taiwan, secara tidak sengaja terkontaminasi bahan radioaktif dan membuat sekitar 8,000 penduduk Taiwan terpapar radiasi 7 kali lebih tinggi dari radiasi alam selama lebih dari 30 tahun. Ternyata setelah diteliti dari para penduduk tersebut ditemukan laju terjadinya kanker berkurang drastis. Tahun 2012 lalu, jurnal ilmiah The Dose Response Journal dan The American Nuclear Society mempublikasikan sebuah rangkuman hasil-hasil riset selama ini (compendia articles) yang menunjukkan bukti-bukti betapa radiasi dosis rendah itu tidak berbahaya, bahkan malah menyehatkan.
Aturan dalam menghadapi radiasi yang berbunyi “serendah mungkin yang dapat dicapai (as low as reasonably achievable)” saat ini membuat energi nuklir jadi tidak cukup terjangkau secara finansial. Mungkin perlu merevisi aturannya menjadi batasan yang “setinggi mungkin yang masih aman (as high as reasonably safe)”. Batasannya pun perlu ditentukan berdasarkan bukti-bukti ilmiah, sebagaimana yang telah dipraktekkan selama ini untuk risiko-risiko lingkungan lainnya.
Tenaga nuklir bagaimana pun merupakan salah satu jalan keluar terbaik dari krisis energi, iklim, dan kemiskinan di dunia saat ini. Mestikah kita abaikan masa depan planet ini hanya karena berpegang teguh pada sebuah mitos?
Diterjemahkan dari tulisan Robert Hargraves PhD (@HargravesRobert), seorang ahli fisika dan matematikadi Dartmouth College, Amerika Serikat. Bukunya yang terkenal berjudul “Thorium: energy cheaper than coal”
Versi asli tulisan R. Hargraves dapat dilihat di http://atomicinsights.com/2013/03/radiation-superstition.html
Diterjemahkan oleh M. K. Biddinika (@katakatakunta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H