Mohon tunggu...
Muhammad Khoirun Nizam
Muhammad Khoirun Nizam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis

Muhammad Khoirun Nizam adalah seorang pemimpin muda yang penuh semangat, berdedikasi tinggi, dan memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan mahasiswa dan masyarakat. Lahir di Lamongan sampai masa Madrasah Aliyah dan didewasakan di Tulungagung, ia dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, terutama dalam lingkungan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang IMM Tulungagung, sebuah organisasi yang memiliki peran penting dalam pemberdayaan mahasiswa dan penyebaran nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah di kalangan generasi muda. Pendidikan Nizam dimulai di lingkungan pendidikan formal di Tulungagung, di mana ia menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahamtullah (UIN SATU) Tulungagung. Selama di UIN SATU, Nizam menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan diri, serta aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Keaktifannya di organisasi mahasiswa semakin memantapkan dirinya untuk terlibat dalam dunia sosial dan kepemimpinan. Sebagai Ketua PC IMM Tulungagung, Nizam memimpin berbagai program yang berfokus pada peningkatan kualitas intelektual, sosial, dan spiritual para mahasiswa. Ia memiliki visi untuk menciptakan generasi mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peduli terhadap isu-isu sosial dan mampu berkontribusi nyata bagi perubahan positif di masyarakat. Selain kecakapannya dalam kepemimpinan, Nizam juga dikenal dengan sikapnya yang rendah hati, peduli terhadap sesama, dan selalu berusaha untuk menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Dengan nilai-nilai Islam yang kuat, ia terus berupaya memajukan Muhammadiyah melalui inovasi dan pendekatan yang relevan dengan zaman. Nizam berharap bahwa melalui perjuangannya di IMM dan kontribusinya kepada masyarakat, ia dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi kemajuan bangsa, terutama dalam mencetak generasi muda yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Hujan Belum Reda: Refleksi Tentang Ketidakhadiran Keheningan

16 Januari 2025   09:50 Diperbarui: 16 Januari 2025   09:46 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Kehadiran Keheningan (Sumber: https://copilot.microsoft.com)

Hujan adalah bahasa alam yang berbicara tanpa suara. Ia jatuh dengan ritme yang tidak pernah sama, seperti pikiran manusia yang terus-menerus mencari makna dalam setiap tetesnya. Hujan membawa pesan tentang keberlanjutan---bahwa kehidupan tidak pernah benar-benar berhenti, bahkan ketika kita berharap sejenak untuk diam dan merenung.

Namun, apakah kita benar-benar mendengar hujan? Ataukah ia hanya menjadi latar dari kesibukan kita yang terus berlari, menghindari basahnya realitas? Dalam filsafat kehidupan, hujan adalah simbol dari ketidakhadiran keheningan. Ia hadir untuk mengingatkan bahwa hidup ini bukan tentang menghindar dari badai, tetapi menemukan harmoni di dalamnya.

"Hujan belum reda," kita sering mengeluh. Namun, di balik keluhan itu, ada pertanyaan yang lebih dalam: apa yang kita cari dalam jeda? Apakah kita menginginkan langit cerah hanya untuk kembali tenggelam dalam rutinitas yang sama? Atau kita sekadar ingin lolos dari refleksi yang dipaksakan oleh hujan?

Seperti dalam pemikiran Herakleitos, kehidupan adalah aliran. Kita tidak pernah menyentuh tetesan hujan yang sama dua kali, sebagaimana kita tidak pernah menjadi orang yang sama di bawah hujan berikutnya. Dalam setiap tetesnya, hujan mengajarkan bahwa perubahan adalah satu-satunya yang abadi. Ia mengaburkan batas antara apa yang kita miliki dan apa yang telah hilang.

Mungkin hujan belum reda karena kita belum siap untuk mendengar kejujurannya. Ia berbicara tentang kehilangan, tentang harapan, dan tentang kerentanan. Tapi hujan juga adalah pengingat bahwa kesuburan tanah bergantung pada keberanian langit untuk meneteskan air mata.

Jadi, jika hujan adalah pengulangan yang tak berujung, biarkan ia mengalir. Sebab, di setiap tetesnya, ada pelajaran tentang keberanian untuk berdiri di bawah langit yang basah---bukan untuk bertahan, tetapi untuk benar-benar hidup.

Hujan belum reda, dan mungkin memang tak perlu reda. Sebab, keheningan yang kita cari ada dalam riuhnya, dan kedamaian yang kita dambakan ada dalam keberaniannya mengalir tanpa henti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun