Di tepi pantai berjuta impian terhampar,
Bait perindu terukir dalam setiap pasir dan angin berbisik,
Rindu merajut benang-benang mimpi di langit malam,
Seperti bintang-bintang yang berserakan, begitu indahnya berkilau.
Dalam senyap, hati ini berbicara pada bulan purnama,
Mengadu pada bintang-bintang tentang kerinduan yang tak terkira,
Ombak pun mendendangkan lagu nan lembut, penuh kasih,
Seolah laut pun tahu, betapa dalamnya rasa ini.
Bait-bait perindu terukir dalam mata air yang mengalir,
Sejuknya menggenggam hangatnya kenangan, takkan terlupa,
Seperti kisah yang ditorehkan pada daun-daun kering,
Setiap lengkungan huruf adalah serpihan masa lalu yang abadi.
Bait perindu, seperti lagu yang terus berkumandang,
Melintasi waktu dan jarak, menjembatani hati yang terpisah,
Di dalamnya terukir doa, harap, dan cinta yang tulus,
Mengikat jiwa-jiwa yang berjauhan, tetapi selalu bersatu.
Bait perindu adalah puisi tak berujung,
Mengalun lembut di dalam dada, mengajak mimpi terbang,
Seperti sayap yang membawa jiwa merantau,
Menjelajahi ruang dan waktu, menuju cinta sejati yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H