Mohon tunggu...
Muhammad Khoirun Nizam
Muhammad Khoirun Nizam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Muhammad Khoirun Nizam, bisa di panggil Nizam Seorang pemuda asal Desa Takerharjo, Solokuro, Lamongan yang lahir pada 01 Februari 2002. Anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis Pernah menempuh pendidikan formal maupun non formal yaitu TK Bustanul Athfal Takerharjo, MI Muhammadiyah 03 Takerharjo, MTs Muhammadiyah 07 Takerharjo, MA Muhammadiyah 08 Takerharjo, dan Pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Al- Basyir Karangsawo, Sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Yang berkonsentrasi di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Sekarang Penulis sedang melukis tinta kenangan saat berproses menjadi mahasiswa dengan mengikuti beberapa kajian-kajian dan mencari ilmu baru yang bermanfaat. Penulis mempunyai motto hidup “TETAP LAPAR, TETAP BODOH”

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bait Perindu

19 Agustus 2023   11:30 Diperbarui: 19 Agustus 2023   11:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tepi pantai berjuta impian terhampar,
Bait perindu terukir dalam setiap pasir dan angin berbisik,
Rindu merajut benang-benang mimpi di langit malam,
Seperti bintang-bintang yang berserakan, begitu indahnya berkilau.

Dalam senyap, hati ini berbicara pada bulan purnama,
Mengadu pada bintang-bintang tentang kerinduan yang tak terkira,
Ombak pun mendendangkan lagu nan lembut, penuh kasih,
Seolah laut pun tahu, betapa dalamnya rasa ini.

Bait-bait perindu terukir dalam mata air yang mengalir,
Sejuknya menggenggam hangatnya kenangan, takkan terlupa,
Seperti kisah yang ditorehkan pada daun-daun kering,
Setiap lengkungan huruf adalah serpihan masa lalu yang abadi.

Bait perindu, seperti lagu yang terus berkumandang,
Melintasi waktu dan jarak, menjembatani hati yang terpisah,
Di dalamnya terukir doa, harap, dan cinta yang tulus,
Mengikat jiwa-jiwa yang berjauhan, tetapi selalu bersatu.

Bait perindu adalah puisi tak berujung,
Mengalun lembut di dalam dada, mengajak mimpi terbang,
Seperti sayap yang membawa jiwa merantau,
Menjelajahi ruang dan waktu, menuju cinta sejati yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun